Kamis, 27 Oktober 2011

soekarno dimata dunia


Di Negara Adidaya:

Presiden Sukarno baru tiba di bandara Washington DC, AS, pada siang hari. Didampingi oleh wakil presiden AS, Richard Nixon, Bung Karno disambut penuh oleh pasukan AS dengan 21 kali tembakan kehormatan. Bung Karno tiba di Washington dalam rangka kunjungan selama 18 hari di AS atas undangan Presiden AS, David Dwight Eisenhower (Foto: 16 Mei 1956).
Kalo sekarang SBY ke amrik diperlakukan kayak gini ga ya??

Presiden Sukarno dan Presiden AS, Kennedy, duduk bersama di dalam mobil terbuka, sedang melewati pasukan kehormatan di pangkalan Angkatan Udara AS, MD. Bung Karno datang ke AS dalam rangka pembicaraan masalah insiden Kuba (Foto: 24 April 1961).
Bersama Mantan negara penjajah

Presiden Sukarno menjadi tamu kehormatan Kaisar Jepang, Hirohito, dan pangeran Akihito. Bung Karno dijamu makan siang di istana kekaisaran Jepang di Tokyo (Foto: 3 Pebruari 1958).
Menjadi cover majalah TIMES tahun 1946

Go International

Presiden Sukarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Dari kiri kekanan : Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri “Uni Soviet”/Rusia, Nikita Khruschev, agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali (Foto: 29 September 1960).

Presiden Sukarno bersama Perdana Menteri Perancis, Pompidou (Foto: 1965).

Presiden Sukarno sedang bercakap-cakap dengan Presiden Kuba, Osvaldo Dorticos Torrado (kiri), dan Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro (kanan) di Havana, Kuba (Foto: 9 Mei 1960).

Presiden Sukarno tiba di bandara Karachi, Pakistan. Didampingi oleh Presiden Pakistan, Iskander Ali Mirza, Bung Karno tampak sedang memberi hormat, diapit oleh bendera Indonesia dan bendera Pakistan (Foto: 25 Januari 1958).
Sumber : http://replikasiblog.blogspot.com/2010/10/hebatnya-presiden-kita-dimata-

profil bung karno




Nama : Ir. Soekarno
Nama Panggilan : Bung Karno
Nama Kecil : Kusno.
Lahir : Blitar, Jatim, 6 Juni 1901
Meninggal : Jakarta, 21 Juni 1970
Makam : Blitar, Jawa Timur
Gelar (Pahlawan) : Proklamator
Jabatan : Presiden RI Pertama (1945-1966)
Isteri dan Anak :
Tiga isteri delapan anak
Isteri Fatmawati, anak: Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh
Isteri Hartini, anak: Taufan dan Bayu
Isteri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, anak: Kartika.

Ayah : Raden Soekemi Sosrodihardjo
Ibu : Ida Ayu Nyoman Rai
Pendidikan : HIS di Surabaya (indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam)
HBS (Hoogere Burger School) lulus tahun 1920
THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB) di Bandung lulus 25 Mei 1926

Ajaran : Marhaenisme
Kegiatan Politik : Mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 1927
Dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929
Bergabung memimpin Partindo (1931)
Dibuang ke Ende, Flores tahun 1933 dan Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Merumuskan Pancasila 1 Juni 1945
Bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945
Sumber : www.tokohindonesia.com

Sejarah Peradaban Yahudi (Israel)

Untuk mengetahui sejarah Yahudi harus membicarakan nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim disebut sebagai imam agama moneistik (Tauhid), yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Nabi Ibrahim berasal dari Babylonia, anak seorang pemahat patung istana bernama Azar. Beliau menentang penyembahan patung yang menyebabkannya dihukum bakar, tapi Allah menyelamatkannya. Beliau, bersama Sarah isterinya, hijrah ke Kanaan (Palestina Selatan), kemudian pergi ke Mesir dan menetap di sana sementara waktu karena di Kanaan terjadi paceklik.
Usia Nabi Ibrahim semakin menginjak usia senja, tapi belum juga dikaruniai anak. Kemudian beliau menikahi—atas perkenaan Sarah—seorang wanita cantik bernama Hajar. Sebenarnya Hajar adalah wanita merdeka, bukan seorang budak. Ia adalah anak dari Raja Mesir, Fir’aun (Syaikh Shafiyyur-rahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, 1997: 28). Kemudian beliau sekeluarga meninggalkan Mesir kembali ke Palestina.
Di Palestina, lahir anak dari Hajar bernama Ismail. Sarah merasa cemburu dan meminta agar Nabi Ibrahim menjauhkan mereka darinya. Allah membimbing Nabi Ibrahim menuju lembah tandus dan gersang, yaitu Makkah; daerah yang belum dihuni manusia satu pun. Nabi Ibrahim membekali keduanya dengan wadah air dan korma kemudian kembali ke Kanaan. Setelah bekal dan air telah habis, tiba-tiba air Zamzam memancar berkat karunia Allah. Nabi Ibrahim mengunjungi Nabi Ismail dan Hajar sebanyak empat kali. Pada pertemuan ketiga mereka sepakat membangun Ka’bah (Ibid., h. 29-30). Dari keturunan Nabi Ismail as. inilah lahir nabi penghujung zaman, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Nabi Ibrahim dikaruniai anak dari Sarah yang bernama Ishaq. Kemudian Nabi Ishaq as. dikaruniai anak bernama Yaqub, yang digelari dengan Israel. Nabi Yaqub as. mempunyai dua isteri dan 12 anak. Dari isteri pertama lahir dua anak (nabi Yusuf as. dan Benyamin), sedangkan dari isteri kedua lahir sepuluh orang anak. Yaqub lebih mencintai Nabi Yusuf as. daripada anak-anaknya yang lain. Sehingga mereka bersepakat untuk melenyapkan nabi Yusuf as. Tapi Allah menyelamatkannya dan membawanya ke Mesir, pusat peradaban waktu itu. Di sana beliau menjadi menteri untuk menanggulangi ancaman kelaparan. Keturunan nabi Yaqub (Israel) berkembang biak di Mesir dan terbagi menjadi dua belas suku.
Dari keturuan Yaqub lahir Nabi Dawud as. (David) yang menjadi raja kerajaan Judea Samaria. Kemudian digantikan oleh anaknya, Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman as., membawa bangsa Yahudi ke zaman keemasan. Yerussalem dibangun pada dataran di atas bukit Zion dan menjadi pusat kota serta didirikan tempat ibadah yang megah. Orang Arab menyebutnya Haikal Sulaiman (Kuil Sulaiman, Solomon Temple), al-Masjid al-Aqsa, dan al-bait al-Maqdis.
Akibat kesombongan kaum Yahudi (Israel), Allah murka dan mengazab mereka. Akhirnya kerajaan mereka hancur dan mereka mengalami pengusiran demi pengusiran, penyiksaan serta perbudakan. Allah menurunkan Nabi Isa as. untuk memberikan peringatan kepada kaum Yahudi agar hidup sesuai dengan ajaran Allah. Kesengsaraan kaum Yahudi terus berlanjut, terlebih pada masa Nazi Hitler, kaum Yahudi Jerman mengalami etnis cleansing. Setelah berjalannya waktu, muncul ideologi baru tubuh umat Yahudi yang dikenal dengan Zionis.
Ideologi Zionisme
Ideologi zionis menyatakan bahwa bangsa Yahudi adalah “bangsa pilihan” dan Bani Israil lebih unggul dari manusia yang lain. Lebih dari itu, kaum zionis merasa berhak melakukan kekejaman atas bangsa lain. Idiologi rasis ini masuk ke dalam agenda dunia di akhir-akhir abad ke sembilan belas oleh Theodor Herzl (1860-1904), seorang wartawan Yahudi asal Austria.
Herzl dan teman-temannya membuat propaganda menjadikan kaum Yahudi sebagai ras terpisah dari Eropa. Pemisahan ini tidak akan berhasil jika mereka masih hidup “serumah” dengan masyarakat Eropa. Karena itu, membangun tanah air kaum Yahudi menjadi sangat penting. Theodor Herzl, sang pendiri zionisme, mulanya memilih Uganda. Kemudian Sang Zionis memutuskan untuk memilih Palestina. Alasannya, Palestina dianggap sebagai “tanah air kaum Yahudi” dan “tanah yang dijanjikan Tuhan”. Inilah pangkal mula kenapa tanah Palestina terus dibanjiri air mata dan darah sampai saat ini.
Penentangan terhadap ideologi zionis dan pendirian “Negara Israel” tidak hanya datang dari umat Islam, tapi juga dari orang Nasrani dan Yahudi. Mendiang Benjamin Beit-Hallahmi—akademisi di universitas-universitas Israel—mengkritik kekerasan Israel terhadap Palestina dan menyatakan perdamaian hanya bisa dicapai jika Israel menyingkirkan ideologi zionisnya. Noam Chomsky, orang Yahudi, menulis banyak buku dan artikel yang sangat kritis terhadap zionisme dan kebijakan negara Israel serta yang mendukungnya.
Di awal tahun 1980-an muncul kalangan akdemisi Yahudi yang menamakan diri “para sejarawan baru.” Mereka menyatakan keyakinan Israel sebagai “bangsa pilihan” adalah sebuah kebohongan. Menurut Tom Segev, anggota terpenting “sejarawan baru”, “Hampir hingga sekarang, kita tidak mempunyai sejarah negara ini (Palestina) yang sebenarnya, selain mitos.” Dulu, kritik seperti ini hanya disuarakan akademisi dan cendekiawan Muslim. Sekarang dinyatakan keras oleh banyak orang-orang Yahudi dan akademisi Kristen yang mencoba menilai kembali sejarah dengan sudut pandang yang tidak dipengaruhi oleh kepentingan.
Penentangan terhadap kezaliman Israel juga datang dari tentara Israel. Penyerbuan ke Lebanon di tahun 1982, sekelompok kecil tentara telah menolak bertugas untuk angkatan bersenjata Israel. Mereka tidak ingin menjadi bagian dari pemusnahan bangsa atas orang-orang sipil Libanon. Mereka kemudian dipenjara. Pada Januari 2002, sekitar 25 tentara menandatangani surat terbuka kepada media Israel; mereka menolak bertugas di daerah-daerah pendudukan dan mengumumkan pernyataannya di depan publik. Pada Februari 2002, anggota mereka mencapai 250. Saat ini mereka menerima dukungan besar dari kelompok-kelompok perdamaian, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, pemimpin-pemimpin keagamaan, dan orang-orang Israel serta Palestina (tragedi.palestina.com).
Apa yang dikemukakan di atas hanyalah sekelumit fakta bahwa tidak semua orang Yahudi setuju dengan berdirinya “Negara Israel” dan kelalimannya. Semua ini hendaknya menyadarkan umat Islam bahwa memusuhi semua umat Yahudi adalah tidak tepat karena tidak semua orang Yahudi mendukukung kekejaman negara Israel, bahkan menentang berdirinya Negara Israel dan ideologi zionisnya. Pendeknya, “tidak semua orang Yahudi Zionis.”
Mengindetikkan semua orang Yahudi dengan zionisme adalah sebuah kesalahan. Sama salahnya mengidentikkan umat Islam dengan teroris, karena segelintir pelaku teror bom yang mengatasnamakan agama. Seharusnya umat Islam membenci ideologi rasis zionis dan pemeluk serta pendukungnya. Umat Islam tidak boleh mengibarkan anti-semistisme.(CMM)
Sumber : Deny Suito http://www.cmm.or.id

sejarah lahirnya budha

1. Kehidupan Masyarakat India Pra-Buddha

Agama Buddha berasal dari India bagian utara diajarkan oleh Buddha Sakyamuni. Beliau juga dikenal dengan sebutan Buddha Gautama, Bhagava, Tathagata, Sugata, dan sebagainya. Pada masa kecil, Beliau adalah seorang pangeran, bernama Siddharta. Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 623 sebelum Masehi, jadi sekitar 2600 tahun yang lalu.

Sebelum lahirnya agama Buddha, masyarakat India telah mengenal berbagai kepercayaan agama. Saat itu terdapat beberapa pandangan hidup di India. Pada periode awal, masyarakat India bercorakkan tradisi pertapaan dengan pertapa-pertapa berambut panjang yang telanjang. Periode berikutnya, masyarakat mengenal upacara-upacara keagamaan dan ritus kurban dari kaum Brahmana.

Selanjutnya, masyarakat India mengenal agama dari kaum Upanishad. Menurut kaum ini, manusia memiliki suatu diri atau jiwa yang kekal. Kebahagiaan kekal hanya dapat diraih jika manusia dapat bersatu dengan alam semesta. Untuk bersatu dengan alam semesta, mereka mengembangkan meditasi yoga.

Pandangan ini mendapat reaksi keras dari kaum materialis. Kaum materialis menganggap bahwa tidak ada jiwa yang kekal. Menurut kaum ini, jiwa tidak lain tidak bukan adalah badan jasmani itu sendiri. Setelah kematian, kehidupan manusia berakhir, tidak ada lagi kehidupan berikutnya. Kebahagiaan kekal itu tidak ada. Kebahagiaan hanya dapat diraih selagi hidup. Mereka yang mengikuti kaum materialis menjalani hidup bersenang-senang untuk menikmati kebahagiaan duniawi.

Perkembangan selanjutnya, masyarakat India mengenal tradisi pertapaan keras dari kaum Jaina. Kaum ini percaya bahwa setiap manusia sesungguhnya memiliki jiwa yang suci dan bersih dalam dirinya. Jiwa yang murni ini menjadi kotor karena perasaan-perasaan indera. Menurut kaum ini, kebahagiaan kekal dapat dicapai bila dapat membunuh perasaan-perasaan indera melalui cara-cara penyiksaan diri.

2. Masa Kehidupan Sang Buddha

Pangeran Siddharta dilahirkan dalam sebuah keluarga kerajaan. Ayahnya adalah seorang raja yang memerintah di kota Kapilavasthu. Hidup dalam keluarga istana, sang pangeran bergelimangan dengan kesenangan-kesenangan duniawi.

Kehidupan dalam kebahagiaan duniawi sangat didambakan banyak orang. Kekayaan yang berlimpah, kekuasaan yang tinggi, istri yang cantik, dan segala kemewahan duniawi lainnya. Kehidupan yang serba berlebihan di mana segala keinginan dapat terpenuhi ternyata tidak membuat sang pangeran berbahagia. Setelah sekian lama menikmati kehidupan duniawi yang menyenangkan dalam istana, suatu perjalanan keluar istana yang untuk pertama kalinya dilakukan dalam masa hidupnya segera merubah seluruh jalan hidupnya.

Kejadian di luar istana yang belum pernah ditemuinya selama hidup di dalam istana: orang tua renta yang berjalan tergopoh-gopoh dengan bantuan sebuah tongkat, orang sakit parah yang sedang merintih kesakitan dalam pembaringan, orang mati yang diusung menuju tempat kremasi, dan seorang pertapa suci yang sedang bermeditasi dengan heningnya; keempat kejadian yang dijumpainya ini pada kesempatan berbeda, telah membuat dirinya merenung dan terus merenung akan hidup ini: Mengapa harus ada usia tua? Mengapa harus ada masa sakit? Mengapa harus ada kematian? Mengapa harus ada penderitaan? Apa arti hidup ini? Dapatkah manusia terbebas dari usia tua, sakit dan mati?

Demikianlah batinnya diliputi dengan segala pergolakan yang akhirnya puncak pergolakan pada usia 29 tahun di mana Beliau memutuskan untuk menjalani kehidupan suci, seperti halnya kejadian keempat yang telah dilihatnya: seorang pertapa suci yang sedang tenang bermeditasi. Beliau memutuskan untuk mengikuti jejaknya dalam menemukan jawaban atas semua hal yang menyebabkan penderitaan manusia. Beliau bertekad untuk menemukan obat penderitaan yang dapat membebaskan manusia dari penderitaan karena usia tua, sakit dan mati. Masa ini disebut sebagai Masa Pelepasan Agung.

Pangeran Siddharta telah membuktikan bahwa kebahagiaan yang diperoleh dari kehidupan duniawi bukanlah kebahagiaan yang abadi. Kebahagiaan duniawi bersifat sementara. Setelah kebahagiaan lenyap, muncullah penderitaan. Demikianlah dalam hidup ini, suka dan duka datang silih berganti.

Beliau yakin adanya suatu kebahagiaan yang bersifat abadi. Dalam usaha pencarian, Beliau mengembara dan berturut-turut berguru kepada beberapa orang guru meditasi. Pertapa Gautama, demikianlah kemudian Beliau dikenal, mempelajari berbagai ilmu meditasi. Dengan cepat, Beliau menyamai kepandaian gurunya. Demikianlah, Beliau berpindah dari satu guru ke guru lainnya dan dengan segera pula segala ilmu dari gurunya dapat dikuasainya. Namun, usaha Beliau menemukan obat penderitaan tetap belum berhasil.

Dalam meditasi, Beliau berhasil menemukan adanya suatu bentuk kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan duniawi. Kebahagiaan dalam meditasi ini adalah kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan spiritual berbentuk lebih halus. Tetapi, Beliau menyadari bahwa kebahagiaan ini belumlah sempurna, masih bersifat sementara.

Akhirnya, Beliau mencoba menemukan sendiri Jalan Pembebasan tersebut, yang membebaskan manusia dari penderitaan. Beliau mulai mempraktekkan pertapaan dengan menyiksa diri. Setelah bertahun-tahun bertapa menyiksa diri membuat tubuh Beliau kurus kering. Hampir saja Beliau mati karena tubuhnya yang tinggal kulit pembalut tulang. Namun, Jalan Pembebasan tidak juga diperolehnya. Jawaban atas semua penderitaan tetap tidak didapatkannya.

Hingga pada suatu saat, Beliau disadari oleh serombongan pemain kecapi yang sedang lewat sambil berbincang-bincang menasehati yang lain:
"Jika tali senar ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Jika terus dikencangkan, senarnya akan putus dan lenyaplah suaranya. Jika tali senar ini dikendorkan, suaranya akan melemah. Jika terus dikendorkan, lenyaplah suaranya."

Kata-kata ini ternyata telah menyadari Pertapa Gautama bahwa di dalam tubuh yang lemah karena menyiksa diri, tidak akan ditemukan pikiran yang jernih. Bagaimana Pengetahuan tentang Pembebasan dapat diperoleh tanpa pikiran yang jernih?

Pertapa Gautama akhirnya memutuskan untuk bangkit dari meditasinya. Beliau ingin mengakhiri cara bertapa menyiksa diri dan bergegas untuk mandi membersihkan tubuhnya. Namun, begitu Beliau bangkit, tubuhnya yang sedemikian lemahnya tak kuat menopang dirinya, yang membuatnya segera terjatuh pingsan.

Saat itu, seorang pemuda gembala bernama Nanda sedang lewat dan segera menolongnya. Ia memberikannya semangkuk air tajin. Ketika Beliau sadar dari pingsannya, Beliau segera mencicipi air tajin tersebut, dan akhirnya secara perlahan kesehatannya pulih kembali.

Pertapa Gautama pun akhirnya meninggalkan kehidupan menyiksa diri. Beliau telah membuktikan bahwa kehidupan menyiksa diri tidak akan membawa seseorang kepada kebahagiaan abadi, Jalan Pembebasan, Pencerahan Sempurna.

Beliau kemudian memutuskan untuk bermeditasi di bawah pohon Bodhi sambil mengumandangkan kebulatan tekadnya dengan berprasetya: "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulangku jatuh berserakan, tetapi Aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai Aku mencapai Pencerahan Sempurna."

Dikisahkan bahwa di dalam meditasinya, pertapa Gautama dihantui perasaan-perasaan bimbang dan ragu. Pikiran-pikiran seperti keinginan nafsu, keinginan jahat, ketakutan, keragu-raguan dan kemalasan mencoba menggagalkan usahanya dalam meraih Pengetahuan mengenai Pembebasan. Hampir saja Beliau dikalahkan oleh Mara, penggoda yang dahsyat itu. Namun dengan keteguhan hati Beliau yang membaja, akhirnya membuat-Nya berhasil menaklukkan Sang Mara.

Pertapa Gotama telah mencapai Pencerahan Sempurna. Beliau telah menjadi Buddha. Peristiwa penting ini terjadi pada saat malam terang purnama di bulan Waisak ketika Beliau berusia 35 tahun. Beliau telah menyadari tentang asal mula penderitaan dan jalan untuk melenyapkannya. Dhamma inilah yang akan diajarkan-Nya kepada seluruh umat manusia agar kita semua dapat mengetahui hakekat sesungguhnya dari kehidupan ini dan berusaha untuk melenyapkan penderitaan sehingga kebahagiaan tertinggi dapat kita raih.

Selama 45 tahun Sang Buddha mengajarkan dhamma kepada umat manusia. Melalui pengalamannya sendiri, dengan usaha dan perjuangan Beliau sendiri, dhamma telah ditemukannya, dan telah diajarkannya pada kita semua.



3. Perkembangan Agama Buddha

Sang Buddha pertama kali mengajarkan dhamma kepada lima orang pertapa di taman rusa Isipatana, Sarnath. Beliau membimbing mereka menuju Arahat. Arahat adalah gelar bagi mereka yang telah melatih diri dan berhasil mencapai tingkat kesucian tertinggi yang dapat dicapai manusia. Seorang Arahat telah terbebas dari kekotoran batin duniawi. Mereka telah bersih dari keserakahan, keinginan yang disebabkan keakuan, kebencian, dan ketidaktahuan akan Jalan Pembebasan.

Dengan sifat-sifat tanpa cela yang dimilikinya, seorang Arahat adalah pelestari dhamma terbaik untuk meneruskan dhamma Sang Buddha di kemudian hari.
Setelah Sang Buddha Parinibbana, para Arahat kemudian berkumpul untuk menghimpun ajaran-ajaran Beliau yang telah disampaikan kepada banyak orang yang berbeda, di waktu dan tempat yang berlainan. Akhirnya, terhimpunlah Kitab Suci Agama Buddha.

Kitab suci berbahasa Pali dinamakan Tipitaka sedangkan kitab suci berbahasa Sansekerta dinamakan Tripitaka. Tipitaka atau Tripitaka berarti tiga keranjang. Nama ini digunakan karena kitab-kitab suci yang tersusun berhasil terkumpul sebanyak tiga keranjang.

Secara kuantitas, kitab suci agama Buddha adalah kitab suci yang paling tebal di antara semua kitab suci yang ada di dunia. Secara keseluruhan, ajaran-ajaran Sang Buddha dan para siswa-Nya yang telah Arahat, jika telah dibukukan diperkirakan memiliki ketebalan berkisar antara puluhan hingga puluhan ribu kali lipat lebih tebal dari Kitab Injil yang telah dikenal umum.

Ajaran Sang Buddha yang sedemikian luasnya menyebabkan tumbuhnya banyak tradisi dan aliran dalam agama Buddha. Mereka mencoba menemukan suatu cara praktis yang mudah untuk mempraktekkan ajaran Sang Buddha yang sangat luas itu dengan penekanan pada sutra-sutra tertentu dalam bagian Kitab Suci Agama Buddha.

Agama Buddha dipraktekkan meluas di India setelah Sang Buddha Parinibbana. Tradisi Buddhis pun terbentuk di wilayah yang sekarang bernama Pakistan dan Afghanistan, dan mengakar di Asia Tengah pada awal Masehi. Invansi Islam di kemudian hari melemahkan agama ini pada sub-benua India dan Asia Tengah.

Dari India, agama Buddha menyebar ke SriLanka. Dari India dan SriLanka, agama Buddha menyebar ke Asia Tenggara dan sekarang berakar kuat di Thailand dan Myanmar. Pemerintahan komunis di beberapa negara Asia telah menekan perkembangan agama Buddha. Namun, sejak abad modern, intelektual Barat mulai tertarik dengan agama Buddha. Banyak vihara Buddhis, pusat-pusat Dharma, dan berbagai tempat pelatihan meditasi telah dibangun di negara-negara Barat.

Dari Asia Tengah, agama Buddha pertama kali masuk ke China, kemudian agama Buddha dibawa dari India. Banyak peziarah China membawa kekayaan naskah agama Buddha dari India ke China. Dalam masyarakat China, agama Buddha mengalami akulturasi dengan kebudayaan masyarakat setempat.

Dari China, agama Buddha menyebar ke Vietnam dan Korea. Dari Korea, agama Buddha mencapai Jepang. Dari Jepang, agama Buddha menyebar ke negara-negara Barat.
Agama Buddha pertama kali diperkenalkan ke Tibet dari Nepal (India Utara) dan China. Dari Tibet, agama Buddha menyebar ke Mongolia dan Manchuria. Sejak China Komunis mencaplok Tibet, ribuan rakyat Tibet terpaksa melarikan diri ke pengasingan di India dan Nepal, dan telah membangun kembali vihara-vihara di India. Banyak pemimpin spiritual di Tibet pergi ke negara-negara Barat dan Asia, yang menyebabkan pusat-pusat Dharma bermunculan.

4. Agama Buddha di Indonesia

Di masa pemerintahan Sriwijaya, Syailendra dan Majapahit, agama Buddha berkembang dengan pesat di Indonesia. Bahkan, Sriwijaya menjadi pusat pendidikan Buddhis terkenal pada masa itu.

Akulturasi agama Buddha dengan kebudayaan masyarakat setempat di Indonesia tercermin lewat bangunan candi-candi bercorak Buddhis yang dibangun dengan megah pada masa pemerintahan raja-raja wangsa Syailendra. Pembangunan candi-candi Buddhis seperti Borobudur, Mendut dan Pawon menunjukkan kebudayaan bangsa kita yang sangat tinggi pada saat itu.

Pada masa pemerintahan Majapahit, agama Buddha dan Hindu dapat berkembang bersama-sama. Toleransi beragama pada saat itu sangat tinggi. Hal ini terbukti seperti yang tertulis dalam Kitab Sutasoma, karya seorang pujangga besar Buddhis saat itu, Mpu Tantular. Dalam kitab Sutasoma, terdapat perkataan "Bhinneka Tunggal Ika" yang digunakan saat ini dalam lambang negara kita.

Sejak runtuhnya kerajaan Majapahit dan masa penyebaran agama Islam di Indonesia, perkembangan agama Buddha di Indonesia mengalami kemunduran. Pada masa kolonial Belanda, agama Buddha berada antara ada dan tiada.

Kemudian pada abad ke-20, sejak diundangnya bhikkhu Narada Thera dari SriLanka ke Indonesia, agama Buddha secara perlahan mulai berkembang kembali. Bhikkhu Narada Thera banyak memberikan pengetahuan Dharma dan informasi mengenai agama Buddha ke seluruh pelosok Nusantara.

Sejak itulah agama Buddha berkembang kembali di Indonesia dan dewasa ini sedang berada dalam tahap pembinaan masyarakat Buddhis Indonesia yang berlandaskan Pancasila untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

5. Agama Buddha di Dunia

Akulturasi agama Buddha dengan kebudayaan setempat di mana agama Buddha tumbuh tidak mungkin dapat dihindari. Agama Buddha mengambil bentuk luar dari kebudayaan setempat yang ada dan menyesuaikannya dengan ajaran agama Buddha.

Agama Buddha berasal dari India. Kebudayaan India sangat mempengaruhi bentuk luar agama Buddha. Kemudian, agama Buddha berkembang di Tibet dan China. Agama Buddha pun mengalami akulturasi dengan kebudayaan setempat di Tibet dan China.

Terkadang perpaduan antara agama Buddha dengan kebudayaan setempat menyebabkan batas yang kurang jelas antara praktek agama Buddha dengan praktek bukan agama Buddha. Sebagai contoh, perpaduan antara agama Buddha dengan kebudayaan China.

Sebelum perkembangan agama Buddha di China, masyarakat China sangat dipengaruhi ajaran filsafat dari Khonghucu dan kepercayaan Taoisme, yang keduanya merupakan kebudayaan asli setempat. Khonghucu sangat menekankan tata cara persembahyangan dan mengutamakan ajaran bakti. Dalam perkembangannya, agama Buddha menyesuaikan dengan menitikberatkan Sutra Bakti, sebagai pelengkap nilai-nilai budaya China. Segala tata cara dan upacara formal juga sangat ditekankan pada vihara-vihara Buddhis.

Pada abad modern ini, agama Buddha mulai berkembang di negara-negara Barat. Banyak cendekiawan Barat yang tertarik dan berminat untuk mempelajari agama Buddha. Mereka, setelah belajar agama Buddha, menyatakan bahwa di dalam agama Buddha, mereka menemukan sesuatu yang logis dan ajaran bermanfaat sebagai pedoman bagi kehidupan mereka. Ternyata agama Buddha memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan cendekiawan Barat. Umat Buddha juga boleh berbangga hati dengan semakin diterimanya agama Buddha di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan sebagainya. Banyak pula ilmuwan Barat menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar agama Buddha tidak bertentangan bahkan sejalan dengan prinsip-prinsip ilmiah Sains modern. Dengan demikian, perkembangan dan kemajuan Buddhadharma di berbagai wilayah di belahan dunia di masa mendatang dapatlah diharapkan.

sejarah lahirnya hindu

PENGANTAR
Agama Hindu adalah agama yang mempunyai usia terpanjang merupakan agama yang pertama dikenal oleh manusia. Dalam uraian ini akan dijelaskan kapan dan dimana agama itu diwahyukan dan uraian singkat tentang proses perkembangannya. Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks dibidang astronomi, ilmu pertanian, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya. Karena luas dan terlalu mendetailnya jangkauan pemaparan dari agama Hindu, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami.
Banyak para ahli dibidang agama dan ilmu lainnya yang telah mendalami tentang agama Hindu sehingga muncul bermacam- macam penafsiran dan analisa terhadap agama Hindu. Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para ahli untuk menetapkan kapan agama Hindu itu diwahyukan, demikian juga mengenai metode dan misi penyebarannya belum banyak dimengerti.
Penampilan agama Hindu yang memberikan kebebasan cukup tinggi dalam melaksanakan upacaranya mengakibatkan banyak para ahli yang menuliskan tentang agama ini tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ada dalam agama Hindu.
Sebagai Contoh: “Masih banyak para ahli menuliskan Agama Hindu adalah agama yang polytheistis dan segala macam lagi penilaian yang sangat tidak mengenakkan, serta merugikan agama Hindu”.
Disamping itu di kalangan umat Hindu sendiripun masih banyak pemahaman-pemahaman yang kurang tepat atas ajaran agama yang dipahami dan diamalkan. Demikianlah tujuan penulisan ini adalah untuk membantu meluruskan pendapat-pendapat yang menyimpang serta pengertian yang belum jelas dari hal yang sebenarnya terhadap agama Hindu.
AGAMA HINDU DI INDIA
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana, Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap  Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi, setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut “Rta”. Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra.
Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya “Tata Cara Upacara” beragama yang teratur. Kitab Brahmana, adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda.
Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum.
Selanjutnya, pada Jaman Budha ini, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama “Sidharta”, menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Dari sekian arah penyebaran ajaran agama Hindu sampai juga di Nusantara.
MASUKNYA AGAMA HINDU DI INDONESIA
Berdasarkan beberapa pendapat, diperkirakan bahwa Agama Hindu pertamakalinya berkembang di Lembah Sungai Shindu di India. Dilembah sungai inilah para Rsi menerima wahyu dari Hyang Widhi dan diabadikan dalam bentuk Kitab Suci Weda. Dari lembah sungai sindhu, ajaran Agama Hindu menyebar ke seluruh pelosok dunia, yaitu ke India Belakang, Asia Tengah, Tiongkok, Jepang dan akhirnya sampai ke Indonesia. Ada beberapa teori dan pendapat tentang masuknya Agama Hindu ke Indonesia.
Krom (ahli – Belanda), dengan teori Waisya.
Dalam bukunya yang berjudul “Hindu Javanesche Geschiedenis”, menyebutkan bahwa masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia adalah melalui penyusupan dengan jalan damai yang dilakukan oleh golongan pedagang (Waisya) India.
Mookerjee (ahli – India tahun 1912).
Menyatakan bahwa masuknya pengaruh Hindu dari India ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India dengan armada yang besar. Setelah sampai di Pulau Jawa (Indonesia) mereka mendirikan koloni dan membangun kota-kota sebagai tempat untuk memajukan usahanya. Dari tempat inilah mereka sering mengadakan hubungan dengan India. Kontak yang berlangsung sangat lama ini, maka terjadi penyebaran agama Hindu di Indonesia.
Moens dan Bosch (ahli – Belanda)
Menyatakan bahwa peranan kaum Ksatrya sangat besar pengaruhnya terhadap penyebaran agama Hindu dari India ke Indonesia. Demikian pula pengaruh kebudayaan Hindu yang dibawa oleh para para rohaniwan Hindu India ke Indonesia.
Data Peninggalan Sejarah di Indonesia.
Data peninggalan sejarah disebutkan Rsi Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia. Data ini ditemukan pada beberapa prasasti di Jawa dan lontar-lontar di Bali, yang menyatakan bahwa Sri Agastya menyebarkan agama Hindu dari India ke Indonesia, melalui sungai Gangga, Yamuna, India Selatan dan India Belakang. Oleh karena begitu besar jasa Rsi Agastya dalam penyebaran agama Hindu, maka namanya disucikan dalam prasasti-prasasti seperti:
Prasasti Dinoyo (Jawa Timur):
Prasasti ini bertahun Caka 628, dimana seorang raja yang bernama Gajahmada membuat pura suci untuk Rsi Agastya, dengan maksud memohon kekuatan suci dari Beliau.
Prasasti Porong (Jawa Tengah)
Prasasti yang bertahun Caka 785, juga menyebutkan keagungan dan kemuliaan Rsi Agastya. Mengingat kemuliaan Rsi Agastya, maka banyak istilah yang diberikan kepada beliau, diantaranya adalah: Agastya Yatra, artinya perjalanan suci Rsi Agastya yang tidak mengenal kembali dalam pengabdiannya untuk Dharma. Pita Segara, artinya bapak dari lautan, karena mengarungi lautan-lautan luas demi untuk Dharma.
AGAMA HINDU DI INDONESIA
Masuknya agama Hindu ke Indonesia terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan pada waktu itu yang menyatakan bahwa: “Yupa itu didirikan untuk memperingati dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman”. Keterangan yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan “Vaprakeswara”.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.
Dari prassti-prassti itu didapatkan keterangan yang menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu”
Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut, maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya, agama Hindu berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di lereng gunung Merbabu. Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar, diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan memakai huduf Pallawa. Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576 Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: “Sruti indriya rasa”, Isinya memuat tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri Murti.
Adanya kelompok Candi Arjuna dan Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8 Masehi dan Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang didirikan pada tahun 856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di Jawa Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760 Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan Kanjuruan. Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang sebagai peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun 929-947 munculah Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa Siwa. Kemudian sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa. Selanjutnya munculah Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222), sebagai pengemban agama Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292). Pada jaman kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi seluruh Nusantara. Keemasan masa Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan dan perkembangan Agama Hindu. Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu berkembang pula di Bali. Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8. Hal ini disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali. Mpu Kuturan datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan Udayana. Pengaruh Mpu Kuturan di Bali cukup besar. Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman sebelumnya dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga. Dan sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan Salwang. Beliau Moksa di Pura Silayukti.
Perkembangan agama Hindu selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada  ke Bali (tahun 1343) sampai akhir abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama. Dan pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16. Jasa beliau sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur. Demikian pula dibidang bangunan tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu (Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan kehidupan keagamaan sempat mengalami kemunduran. Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha tahun 1950 di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis Agama Hindu. Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu berhasil menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali dengan  menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali, yang selanjutnya menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.(http://www.parisada.org)
Direproduksi kembali dari buku Tuntunan Dasar Agama Hindu (milik Departemen Agama)
Disusun oleh: Drs. Anak Agung Gde Oka Netra

Sejarah Lahirnya Islam Di Indonesia

Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya.
Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad.
Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu kota Damaskus.
Pada tahun 750, Bani Umayyah dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah sampai tahun 1258 dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan perluasan wilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah, kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengatur hubungan manusia dan TUHAN. Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk memeluknya.

Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh.
a. Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang
peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia
maupun para pedagang Indonesia.
Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
b. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).
c. Peranan Para Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
3. Kapan dan dari mana Islam Masuk Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia  menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.

ASAL USUL DAN SEJARAH KRISTEN

Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi  bernama  Yesus,
yang  lahir  di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4
SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulan
Desember  tahun  pertama  era Kristen yaitu, tahun 1 M, akan
tetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini  salah.  Dalam
catatan-catatan yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat di
antaranya  terdapat  dalam  perjanjian  baru  yang   ditulis
Matius, Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dia
lahir selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan
Romawi   melaksanakan   sensus   penduduk.  Kerajaan  Romawi
melaksanakan  sensus  penduduk  empat  belas  tahun  sekali.
Sensus  pertama  berlangsung  tahun  6  M; ini berarti bahwa
sensus sebelumnya dimulai tahun 8  SM,  selama  pemerintahan
Kaisar  Augustus  dan  tanah  Judea diperõntah Kerenius yang
dapat kita baca dalam Lukas 2:1-5.  Kita  juga  diberi  tahu
tentang  bintang  yang  menuntun orang Majus ke tempat Yesus
berada,  dan  astronom  Keppler,  menghitung  bahwa   timbul
konjungsi antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun
7 SM yang menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terang
benderang.  Semua  data ini mendukung kesimpulan bahwa Yesus
lahir antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat  menentang
pendapat  bahwa  Yesus  lahir  bulan  Desembers karena dalam
Injil Lukas terdapat gembala yang  menggembalakan  ternaknya
pada  malam  hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin
dan turun sadju, jadi saat kelahiran itu  pastilah  di  luar
musim dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat
tersebut. Musim yang lebih mungkin adalah  musim  semõ  atau
musim rontok.
 
Penganut  ajaran  Kristen  percaya  bahwa  ibu  Yesus, yakni
Maria, melahirkan Yesus  dalam  keadaan  masih  perawan  dan
belum  bersetubuh dengan suaminya yaitu Yusuf. Anak tersebut
lahir karena kekuasaan Tuhan melalui roh kudus. Kaum Katolik
bahkan   berkeyakinan  bahwa  Maria  tetap  perawan  setelah
kelahiran Yesus. Saudara laki-laki dan perempuan Yesus  yang
disebutkan  dalam  Markus  6:1-6 adalah anak-anak Yusuf dari
perkawinannya yang terdahulu.
 
Tidak  banyak  yang  kita  ketahui  tentang  Yesus  di  masa
kanak-kanak;   kisahnya   mulai   banyak  diungkapkan  untuk
perjalanan  hidupnya  setelah  berusia   tigapuluhan,   saat
dibaptis   oleh   Yahya.  Yahya  membaptis  manusia  sebagai
persiapan mereka untuk menerima kedatangan  "juru  selamat;"
pada  waktu Yesus datang, dia menolak membaptis Yesus dengan
menyatakan bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus,  bahkan
sebaliknya  dialah  yang  pantas dibaptis. Namun Yesus tetap
meminta  Yahya  membaptis  dirinya;  setelah  dibaptis   dia
mengasingkan  diri  selama  40  hari  dan  memikirkan  "juru
selamat" yang  bagaimanakah  sebenarnya.  Selama  itu  iblis
menggoda  dia,  membujuk  Yesus  agar  menjadi pahlawan bagi
bangsa Yahudi, atau  memenangkan  dukungan  bangsanya  lewat
perbuatan  kegaiban  atau  dengan memenuhi kepuasan material
bangsa Yahudi. Yesus menolak godaan ini,  karena  Dia  sadar
bahwa  Dia haruslah "juru selamat" yang menderita, yang akan
mati demi bangsanya.
 
Setelah meninggalkan gurun,  dia  memilih  dua  belas  orang
sebagai  teman dan muridnya. Murid-murid ini mempunyai latar
belakang yang beragam: Petrus dan Andreas adalah  bersaudara
dan nelayan miskin; Yacob dan Yahya, juga bersaudara, adalah
nelayan juga, namun lebih makmur; Matius (atau Levi)  adalah
pengumpul  pajak yang bekerja bagi orang Romawi; ada anggota
kelompok Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang
pada  akhirnya  mengkhianati Yesus dan menyerahkannya kepada
musuhnya. Dari kedua belas muridnya, Petrus, Yacob dan Yahya
merupakan teman Yesus yang paling dekat.
 
Dalam  Markus  6:1-6  Yesus  disebut "tukang kayu," dan dari
sini diasumsikan bahwa sebelum  terkenal,  Yesus  meneruskan
profesi  ayahnya  sebagai tukang kayu. Kita tidak mengetahui
latar belakang pendidikannya walaupun mungkin dia memperoleh
pendidikan  dari  cendekiawan  monastik  Yahudi,  yakni kaum
Essenes, yang ajarannya banyak mirip dengan ajaran  Kristen.
Namun  dari  kitab-kitab  Injil  dapat  kita lihat bahwa dia
adalah manusia yang cerdas, arif dan penuh humor.  Ajarannya
dia sampaikan lewat perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek
yang mengandung makna mendalam.  Teknik  pengajaran  seperti
inilah yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap
makna   lewat   kisah-kisah   pendek   dibandingkan    lewat
kisah-kisah panjang, atau lewat diskusi formal yang panjang.
Kisah-kisah atau  perumpamaan  Yesus  adalah  sederhana  dan
langsung kena, kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan
tetapi,  dia  juga  menggunakan  kotbah,  dan  kotbah   yang
terkenal  adalah  kotbah  bukit  (kotbah  ini  bukanlah satu
kotbah panjang, melainkan adalah intisari yang diambil  dari
ucapan-ucapan Yesus dalam berbagai kejadian).
 
Di samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan banyak
penyakit  dan  bahkan  menghidupkan  kembali   orang   mati.
Perlahan-lahan  namanya  termasyhur  ke  seluruh  negeri dan
orang  mulai  berbisik-bisik  mempersoalkan  siapakah   dia.
Pertama kali Yesus mengaku sebagai "juru selamat" yang telah
lama dinanti-nantikan di  Caesarea  Phillippi.  Setelah  dia
menanyakan   kepada   murid-muridnya  tentang  siapakah  dia
disebut khalayak ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di
mata  para muridnya? Petrus, yang merupakan orang pemberani,
menjawab, "Engkau adalah juru selamat." Semenjak  itu  Yesus
mulai  memperkenalkan ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya
kepada kedua belas muridnya  tentang  tujuan  kedatangannya.
Lalu  dia  diberi  nama  Kristus  yang  berarti  "orang yang
diurapi." Segera setelah pengakuan oleh Petrus  tentang  dia
(Yesus)  sebagai  "juru selamat," dia mengajak Petrus, Yahya
dan Yacob ke suatu bukit, di mana pakaian  dan  wajah  Yesus
menjadi  bercahaya  putih mengkilap dan dia berkomune dengan
Nabi Elisa dan Musa.  Peristiwa  ini  disebut  Transfigurasi
(perubahan tubuh).
 
Namun  selama  tiga  tahun  misi  Yesus,  tantangan terhadap
ajarannya meningkat terutama dari pihak Parisi  dan  Saduki.
Kaum  Saduki  adalah  kelompok  kecil aristokrat yang sangat
berpengaruh  yang  mengaku   sebagai   keturunan   Sulaiman.
Kelompok  Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani ingin
menanamkan pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang
sangat  menentang  pengaruh (Helenisasi) ini. Kedua kelompok
ini, dengan alasan yang berbeda, memusuhi Yesus; kaum Parisi
menolak  karena  ajaran-ajaran  Yesus  menentang  sikap kaum
Parisi. Kita tahu orang Yahudi sangat berpegang erat  kepada
10  perintah Allah, sementara Yesus memperbaharui penafsiran
tentang   makna   kesepuluh   perintah   tersebut.    Selama
bertahun-tahun   hukum  itu  berubah  menjadi  doktrin  yang
mendasari ajaran Yudaisme, yang  menjadi  dasar  bagi  orang
Yahudi  untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Bagi kebanyakan
orang Parisi, tradisi  lebih  penting  daripada  hukum,  dan
Yesus  sangat lantang menentang sikap orang Parisi ini. Kaum
Saduki menentang Yesus karena  mereka  bekerja  sama  dengan
bangsa  Romawi, dan karena itu mereka sangat berpengaruh dan
menikmati  hak-hak  istimewa.  Mereka  khawatir  Yesus  bisa
menimbulkan   kesulitan  yang  berakhir  pada  situasi  yang
mengancam pada prestise dan kekuasaan mereka.
 
Setelah kira-kira  tiga  tahun,  Yesus  pergi  ke  Yerusalem
menunggang  keledai  dan disambut sebagai pembebas dan "juru
selamat," karena saat itu bertepatan  dengan  berlangsungnya
pesta  paskah  dan  Yerusalem  dipadati oleh banyak manusia.
Paskah adalah  hari  yang  ditunggu-tunggu  bagi  kedatangan
"juru  selamat"  bangsa  Yahudi, sehingga suasana saat Yesus
memasuki kota amatlah eksplosif.  Lalu  dia  masuk  ke  Bait
Allah   dan  mengusir  semua  pedagang,  pembunga  uang  dan
orang-orang lain  yang  dia  anggap  mengotori  tempat  suci
tersebut.  Penduduk  menunggu  tindakannya yang selanjutnya,
yakni  hal  mengumumkan  dirinya  sebagai  Raja  yang   akan
mengusir    penjajah    Romawi;    namun    tindakan    yang
ditunggu-tunggu itu tidak pernah  muncul.  Sebaliknya  Yesus
mengadakan  perjamuan  dengan murid-muridnya, yang dinamakan
perjamuan   terakhir   (sebagian   cendekiawan   menyebutnya
perjamuan paskah), sesudah itu dia pergi ke Taman Getsemane.
Di sana dia  ditangkap  serdadu  yang  dipimpin  oleh  Yudas
Iskariot.
 
Pertama  kali  setelah  ditangkap, Yesus diajukan ke hadapan
para imam dan dituduh menghujat Allah, suatu kejahatan besar
dalam   hukum   Yahudi,  namun  karena  mereka  tidak  dapat
menjatuhkan hukuman mati, keputusan  mereka  harus  disahkan
oleh penguasa Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa,
Pontius  Pilatus,  dan   dituduh   melakukan   pemberontakan
subversi   dan   menghindari   pajak;  Pilatus  tidak  ingin
menghukum  orang  yang  tidak  bersalah,  namun   disebabkan
tekanan  para  imam  dan  amarah  bangsa Yahudi -yang merasa
tertipu kalau Yesus  tidak  memperlihatkan  dirinya  sebagai
"juru selamat" dalam arti penuh kemenangan dalam peperangan-
dia terpaksa membuat keputusan yang tidak  menyenangkan  dan
Yesus  dihukum  dengan penyaliban. Putusan itu dilaksanakan,
dan Yesus mati setelah penuh penderitaan selama tiga jam  di
kayu salib.
 
Akan  tetapi,  bagi  Gereja  Kristen,  itu  bukanlah  akhir,
melainkan adalah awal. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari
kematian  (tiga  hari  berdasarkan perhitungan Yahudi -Yesus
meninggal hari Jumat dan bangkit hari Minggu).  Para  wanita
yang  pergi  ke makamnya pada Minggu pagi menemukan makamnya
sudah kosong,  namun  pakaiannya  masih  terlipat  di  dalam
kubur.  Kemudian  Yesus  sendiri  menampakkan dirinya kepada
mereka; kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu
kepada   murid-murid   Yesus   yang   sebelumnya   meragukan
kebangkitan Yesus; namun kemudian  mempercayainya.  Beberapa
saat   kemudian   Yesus  mengajak  mereka  ke  suatu  bukit,
memberkati mereka lalu mereka terangkat ke  surga.  Semenjak
itu Yesus tidak pernah menampakkan diri lagi di bumi ini.
 
Sementara   itu  murid-murid  Yesus  tidak  bisa  menentukan
langkah-langkah   mereka   seterusnya.   Namun   pada   hari
Pantekosta,  pada  saat mereka semua berkumpul di Yerusalem,
Roh Kudus turun dari surga dan  hinggap  pada  masing-masing
mereka.  Sejak  itu  mereka  diubahkan, tidak lagi cemas dan
takut, melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang berani  yang
menjelajahi  dunia  ini  untuk  menyampaikan  kabar  gembira
tentang Tuhan Yesus Kristus. Pada  awalnya  mereka  berharap
Yesus  segera  muncul  kembali,  namun hal itu tidak terjadi
demikian.
 
Iman  baru  ini  segera  menyebar  di  seluruh  dunia  lama.
Hebatnya,  misi  penyebaran  Injil  yang  paling spektakuler
bukanlah oleh salah satu murid Yesus melainkan  adalah  oleh
Saul  (Paulus)  dari  Tarsus, yang mengalami pertobatan pada
saat dia  dalam  perjalanan  ke  Damascus  untuk  menangkapi
orang-orang  Kristen;  sebagai  hasil  pertobatan  ini,  dia
banyak melakukan perjalanan untuk pekabaran Injil, mengalami
penderitaan  yang berat, bahkan mati martir demi imannya Dia
menuliskan banyak surat nasihat dan  penguatan  iman  kepada
gereja-gereja  baru  yang  dia  dirikan, dan dokumen-dokumen
ini, yang terdapat dalam  PerjanJian  Baru,  sangat  penting
karena  merupakan  salah  satu  tulisan Kristen pertama yang
kita miliki.
 
Pada tahun-tahun awal tersebut, ajaran baru ini masih dianut
orang   Yahudi,   namun   ternyata  agama  baru  ini  segera
menghilang dari antara orang-orang Yahudi  dan  dianut  oleh
orang-orang  di  luar Yahudi. Pemisahan antara ajaran Yahudi
dan Kristen mulai nyata dan akhirnya tak dapat  dihindarkan;
para  penganut  Kristen tidak lagi merayakan hari-hari besar
Yahudi serta tidak mempertahankan tradisi dan budaya Yahudi.
Pemisahan  ini  diakui pada Dewan Yerusalem pada tahun 48 M,
pada   saat   pembatasan-pembatasan    Yudaistis    terhadap
orang-orang Kristen yang bukan Yahudi diberlakukan.
 
Mula-mula  dengan  enggan  diberi  toleransi  oleh  Kerajaan
Romawi, faham Kristen di bawah masa pemerintahan Kaisar Nero
yang   sangat   membenci   ajaran   Kristen.  Nero  berusaha
memojokkan orang  Kristen  dengan  menuduh  bahwa  kebakaran
besar  kota Roma disebabkan oleh orang Kristen (64 M), serta
membunuh  orang-orang  Kristen,  di  antaranya  Petrus   dan
Paulus.  Banyak  orang  Kristen  berkeyakinan  bahwa  dengan
kematian rasul-rasul  ini,  dan  kematian  orang-orang  yang
secara   pribadi  mengenai  Kristus,  perlu  dibuat  rekaman
tertulis tentang kehidupan Kristus. Selama empat puluh tahun
berikutnya  masih  banyak tulisan tentang Yesus, namun hanya
empat di antaranya diakui dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi
tindakan  pembunuhan  ini  bukanlah  yang  terakhir,  bahkan
meningkat selama pemerintahan  Kaisar  Domitian  (81-96  M).
Selama dua ratus tahun ajaran Kristen merupakan doktrin yang
ilegal hingga akhirnya Kaisar  Konstantin,  setelah  melihat
cahaya   terang   di  malam  hari  sebelum  melakukan  suatu
pertempuran, yang  meliputi  salib  dengan  tulisan  "dengan
tanda  ini  kamu  ditaklukkan,"  memberikan hak legal kepada
orang-orang Kristen pada tahun 313 M  dan  menjadikan  agama
Kristen sebagai agama negara Kekaisaran Romawi.
 
Apa  yang  terjadi  kepada  gereja muda ini selama masa yang
penuh kesulitan tersebut?  Tantangan  muncul  dari  berbagai
arah, namun penyebarannya makin pesat. Walaupun pada mulanya
Yerusalem  dianggap  sebagai   pusat   suci,   namun   sikap
permusuhan   yang   diperlihatkan  orang-orang  Yahudi  yang
menguasai  Yerusalem  mendorong  pemindahan  pusat  Kristen;
mula-mula  ke  Antiokia,  bergeser  ke  Roma. Selama periode
Konstantine, Agama Kristen makin kuat dan melembaga.
 
Salah satu masalah  pertama  yang  harus  dipecahkan  adalah
masalah  Trinitas,  keyakinan umat Kristen akan Bapak, Anak,
dan Roh Kudus, yang pada hakikatnya identik  namun  terpisah
satu  sama lain. Banyak pendapat yang berbeda diajukan untuk
menjawab masalah Trinitas, dan tahun 325 Konstantin  meminta
Dewan  Pertama  Nicaea  untuk  membahas  masalah  ini dengan
saksama, yakni 'Aryan Heresy' yang menyatakan bahwa  Kristus
diciptakan  Tuhan untuk membantu dalam penciptaan dunia ini,
dan menerima status ketuhanan dari Tuhan,  jadi  tidak  sama
esensinya  dengan  Tuhan.  Status ketuhanannya dapat dicabut
Tuhan. Dewan ini melahirkan Nicene Creed suatu  bentuk  yang
digunakan hingga dewasa ini dan mencakup kata-kata:
 
  - Kami percaya akan satu Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa,
    pencipta langit dan bumi, yang kelihatan maupun yang
    tidak kelihatan.
  - Kami percaya akan Yesus Kristus, anak tunggal Allah,
    yang diturunkan oleh Allah Bapak, bukan diciptakan,
    yang satu dengan Allah Bapak.
  - Kami percaya akan Roh Kudus, Tuhan, pemberi kehidupan,
    yang diturunkan dari Allah Bapak dan anak.
 
Lalu gereja dihadapkan dengan sekumpulan  masalah,  terutama
masalah  intern.  Romawi  Barat  dan  Timur  mulai  terpisah
semakin jauh dan akhirnya benar-benar terpisah. Memang sebab
pemisahan  ini  bukan hanya hal di atas, karena masih banyak
titik-titik perpecahan antara Barat dan Timur.  Dibandingkan
dengan   Kristen   Barat,  Kristen  Timur  lebih  menekankan
ikon-ikon. Ikon merupakan gambar flat pada kayu, gading atau
bahan-bahan  lain, yang memperlihatkan Yesus, Perawan Maria,
atau orang suci yang lain dan melembaga dalam Gereja Yunani.
Selama  abad  kedelapan,  ikon-ikon dilarang oleh Kaisar Leo
III, namun protes keras  menyebabkan  larangan  ini  dicabut
pada  Sidang  Umum  ketujuh yang berlangsung di Nicaea tahun
787. Ini tampaknya merupakan kemenangan Gereja Timur.  Namun
perpecahan di antara keduanya tidak akan diatasi oleh sidang
tersebut dan masalah ini mengemuka  pada  abad  ke  11  pada
waktu Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene
Creed, suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan
itu  adalah "dan anak" setelah frasa "kami percaya dalam Roh
Kudus, Tuhan pemberi kehidupan, yang diturunkan  dari  Allah
Bapak  ..."  Jadi,  Gereja-gereja Timur tidak menerima bahwa
Roh Kudus diturunkan dari Allah Bapak  dan  Anak,  melainkan
hanya  dari Allah Bapak. Tentang masalah ini Timur dan Barat
sama sekali  tidak  mempunyai  titik  temu  dan  menimbulkan
pemisahan   tahun   1054,   karena  wakil  Paus  menempatkan
surat-surat  ekskomunikasi  pada   altar   St.   Sophia   di
Konstantinopel.  Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan
Gereja Ortodoks Yunani. Unsur-unsur doktrinal membuat mereka
tetap  terpisah:  Gereja  Katolik  dipimpin oleh satu tampuk
pimpinan  yang  disebut  Paus,  sementara  Gereja   Ortodoks
menyerahkan   kepemimpinan   di   tangan  para  bishop  atau
patriark; pandangan tentang Roh Kudus juga  berbeda,  Gereja
Ortodoks  tetap  memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon
dalam pemujaan, para pelayan gerejanya  dibolehkan  menikah,
dan lain-lain.
 
Segera   kemudian,   yakni   tahun  1096,  Paus  Urbanus  II
mengorganisasi Gereja Katolik ke  dalam  satu  pola  seragam
yang  bertahan  selama  hampir  200  tahun  -tentara  salib.
Mula-mula  dibentuk  untuk  dua  tujuan,  yakni   mengurangi
tekanan  Turki  atas  Kekaisaran  Timur  dan  untuk menjamin
keamanan para peziarah yang berkunjung ke Yerusalem, tentara
salib  segera  mengalami  degradasi  cita-cita; mereka ingin
membebaskan Yerusalem dari kekuasaan Muslim.
 
Gereja  Katolik   tetap   berperan   penting   hingga   abad
pertengahan.  Berpusat  di  Roma,  Paus  memegang  kekuasaan
tertinggi, yang melampaui kekuasaan  raja  dan  ratu.  Namun
sejak  akhir  abad  keempat  belas mulailah timbul tantangan
terhadap kekuasaan Paus yang begitu besar. Timbullah gerakan
reformasi  yang  dimulai  Lollards dan Hussites; gerakan ini
berubah menjadi ancaman  serius  terhadap  supremasi  Gereja
Katolik  ketika  tahun  1617,  seorang  imam  bernama Martin
Luther menentang keras penjualan surat  aflat  oleh  gereja.
Dia     lalu     menolak    supremasi    Paus,    menyangkal
transubstantiation, serta mendorong  para  bangsawan  Jerman
untuk  memberontak  dan  memisahkan  kekuasaan  mereka. Para
bangsawan, yang sebelumnya terdisilusi dengan  kontrol  oleh
Gereja  dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan banyak di
antara mereka segera bergabung dengan Martin Luther.
 
Tindakan Luther merupakan awal tumbuhnya berbagai sekte yang
didasari kepada doktrin pokok Luther namun berkembang sesuai
dengan jalan yang ditempuh  masing-masing  sekte.  Pandangan
Luther  mendapat  formalisasi  dalam  Gereja  Lutheran  yang
tumbuh subur  di  Jerman,  Skandinavia  dan  Amerika.  Namun
Luther  pun  bertentangan  dengan  bekas sekutunya menentang
Paus. Salah satu bekas pendukungnya, Zwingli,  mengembangkan
pandangan  Eukaristi  yang  menyebabkan  Luther  dan Zwingli
berpisah.
 
Pengaruh Reformasi menyebar ke seluruh Eropa. Pembaharu yang
lain,  John Calvin, memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma
tahun 1533. Pandangannya hampir sama  dengan  Luther,  namun
dia  yakin  akan  adanya  karunia  tertentu  untuk  kelompok
tertentu.  Pengikut  Calvin  menyebar  di   Jerman,   Negeri
Belanda,   Skotlandia,   Swiss,   Amerika  Utara  dan  cukup
berpengaruh di Inggris.
 
Inggris juga mengikuti anjuran para pembaharu  namun  dengan
motif  yang  agak  berbeda. Tahun 1521 Raja Henry VIII telah
mengeluarkan  suatu  traktat  yang  menyerang  Luther   yang
menyebabkan  dia  mendapat  titel  'Pembela Iman" dari Paus.
Akan tetapi Raja Henry VIII sangat ingin menikahi putri Anne
Boleyn   namun   sebelum   bisa  menikahi  Anne,  dia  harus
menceraikan  Catherine  of  Aragon.  Sayangnya  Paus   tidak
merestui    perceraian    itu    (Roma    dipengaruhi   oleh
saudara-saudara Catherine yang ada di Spanyol,  negeri  asal
Catherine)  dan  Henry  terpaksa  mengabaikan kekuasaan Paus
pada tahun 1534. Lalu dia menyatakan dirinya sebagai  kepala
Gereja  Inggris,  dan dapat membatalkan perkawinannya dengan
Catherine.  Ajaran  "Tiga  puluh   sembilan   pasal,"   yang
menyangkut  hal-hal  yang  kontroversial serta mengungkapkan
bagaimana  kedudukan   Gereja   Inggris   mengenai   masalah
perceraian   tersebut,   dikeluarkan   tahun   1571   selama
pemerintahan Ratu Elizabeth I, anak perempuan Henry.  Gereja
Inggris mengakui kerajaan sebagai kepala gereja, bukan Paus,
juga  menolak  transubstantiation,  meniadakan  biara  serta
menggantikan   bahasa  Latin  dengan  bahasa  Inggris  untuk
dipakai di Gereja.
 
Tetapi reaksi terhadap Roma masih belum  mencapai  bentuknya
yang  paling  ekstrim. Dalam abad ketujuh belas, George Fox,
dari  Leicestershire  (Inggris),  mulai  menyebarkan  ajaran
bahwa manusia dapat berhubungan dengan Tuhan tanpa melakukan
suatu  'hiasan'  (upacara)  ritualis  yang  ditetapkan  oleh
gereja-gereja  Katolik,  dan  bahwa gereja-gereja yang telah
diperbaharui belum  cukup  jauh  melangkah  dalam  penolakan
mereka  terhadap  upacara  dan  hierarki  gerejawi.  Seorang
kristen, menurut George  Fox  tidak  membutuhkan  imam  atau
pendeta/pastor,  dan juga tidak membutuhkan bait suci. Tidak
ada  gunanya  ketujuh   sakramen   Gereja   Katolik;   tidak
dibutuhkan   suatu   sakramen   apa   pun.  Fox  lalu  mulai
menyebarkan ajarannya dan melakukan berbagai  perjalanan  ke
daerah-daerah   pedalaman.  Pada  umumnya,  saat  berdirinya
gerakan Fox ini dianggap terjadi pada tahun 1652, yakni saat
terjadinya  kebaktiannya  yang sangat berhasil untuk pertama
kalinya. Pengikutnya disebut  "Quakers,"  atau  "Perkumpulan
Sahabat-sahabat."   Sampai   sekarang   juga   mereka  tidak
mempunyai bait suci kecuali rumah-rumah kebaktian, dan dalam
kebaktian  mereka  tidak  ada  liturgy,  tetapi  sebaliknya,
setiap orang dapat berbicara bila mereka merasa bahwa mereka
mempunyai  sesuatu  yang  bermanfaat untuk diutarakan, tanpa
memperhatikan  atau  mempedulikan  berapa  usia   yang   mau
berbicara tersebut dan apa kedudukannya dalam masyarakat.
 
Berbagai  perkembangan  baru  telah  terjadi di Inggris pada
periode setelah Perang Saudara. Banyak  orang  merasa  tidak
senang  dengan  penyatuan  gereja  dan negara yang dilakukan
oleh  Henry  VIII,  tetapi  selama   periode   persemakmuran
(Commonwealth   period)  di  Inggris,  mereka  menjadi  lega
melihat bahwa kedua hal tersebut (gereja dan  negara)  telah
dipisahkan  kembali.  Akan tetapi, dengan naiknya Charles II
menjadi pangeran, Undang-undang Uniformitas dikeluarkan pada
tahun   1662   yang   memulihkan  status  quo  tersebut  dan
memerintahkan  semua  pastor  untuk   menerima   "Buku   Doa
Bersama." Imam-imam yang menolak untuk menerima (oleh karena
itu disebut Non-Conformis) ketentuan-ketentuan Undang-undang
ini  akan  dikeluarkan  dari Jemaah mereka dan dianiaya. Hal
ini  berlangsung  sampai  dengan   keluarnya   Undang-undang
Toleransi  pada  tahun  1689 yang memberikan mereka beberapa
hak hukum (legal). Akibatnya, perkembangan Gereja Baptis dan
Gereja   Reformasi  bersatu  mengalami  perkembangan  cepat.
Gereja Baptis, yang didirikan oleh  John  Smith,  menganggap
bahwa  pembaptisan  bayi  adalah  melawan  perintah Alkitab.
Hanya orang dewasa yang telah  mengerti  makna  sumpah  yang
diucapkannyalah  yang  dapat  dibaptis.  Mereka juga mencoba
untuk meyakinkan bahwa jemaat ikut  aktif  dalam  perjalanan
Gereja,  dan  mencontoh  Kisah rasul-rasul dengan mengangkat
deakonis dari antara jemaatnya (lihat Kisah  Rasul-Rasul  6:
1-6)   untuk   membantu   mengarahkan  dan  menuntun  gereja
tersebut. Gereja Reformasi Bersama adalah suatu koalisi dari
GereJa  Presbiterian  Inggris (yang dikembangkan dari ajaran
Calvin) dan gereja-gereja  Jemaat  Inggris  dan  Wales  yang
didasarkan  pada  ajaran-ajaran dari tokoh pembaharu lainnya
yang telah menyebarkan ajarannya pada  zaman  Calvin,  yakni
Robert Browne (1550-1633). Terlepas dari pandangan-pandangan
mereka yang sangat sama, tetapi usaha-usaha untuk menyatukan
kelompok-kelompok  ini  barulah  berhasil  pada  tahun  1972
dengan pembentukan Gereja Reformasi Bersatu.
 
Gereja Metodis pada mulanya adalah merupakan  suatu  gerakan
dalam  Gereja  Inggris. Pendirinya, John Wesley (1703-1791),
tetap menolak untuk  berpisah  dari  gereja  induknya.  Akan
tetapi,  setelah  kematiannya, disadari bahwa Gereja Metodis
tidak dapat lagi dimasukkan dalam Gereja Inggris,  dan  lalu
memisahkan  diri pada tahun 1795. John Wesley dan saudaranya
Charles,  melalui  studi  mereka  yang  ketat  dan   metodis
terhadap   InJil   (sehingga   mereka  disebut  dengan  nama
Metodis), merasa bahwa keselamatan  diperoleh  hanya  karena
kasih  dan  karunia Tuhan, bukan karena suatu perbuatan atau
kebaikan manusia.
 
Menjelang akhir abad kesembilan belas,  ada  gelombang  atau
kegairahan   lain  mengenai  perhatian  keagamaan.  Hal  ini
sebagian  disebabkan  penemuan-penemuan  ilmiah  dalam  abad
tersebut yang mengancam berbagai keyakinan yang hingga waktu
itu telah diterima sebagai  kebenaran  religius  yang  tidak
dapat dibantah (misalnya, mengenai taman firdaus dan masalah
penciptaan).  Dalam  hal   ini,   reaksi   dari   Pencerahan
(Enlightement)  dalam tahun-tahun sebelumnya turut berperan.
Akibatnya adalah bermunculannya banyak sekte yang memisahkan
diri  dari  gereja  induk  mereka,  sebagaimana yang terjadi
dalam  Reformasi   yang   memunculkan   gereja-gereja   yang
diperbaharui  yang  memisahkan  diri  dari  iman Katolik. Di
Inggris, Bala Keselamatan berkembang sebagai suatu  kekuatan
besar,  bukan  saja karena ketaatan beragamanya, tetapi juga
karena   reformasi   dan   bantuan   sosialnya.   Di   bawah
kepemimpinan  William  Booth  (1829-1912),  Bala Keselamatan
tersebut memisahkan diri dari  gereja  Metodis  dalam  tahun
1865  dan  membentuk  sendiri  suatu organisasi yang bergaya
militer karena kelompok tersebut menganggap dirinya  sebagai
laskar  perang  Tuhan  dan  memerangi  ketidakadilan sosial.
Dibandingkan dengan kebanyakan sekte Gereja,  mereka  sangat
sedikit  memperhatikan  sakramen,  walaupun  mereka menerima
bahwa beberapa orang Kristen mungkin  melihat  sakramen  itu
merupakan pertolongan dan bantuan.
 
Di   Amerika  juga  terjadi  suatu  gejolak  keagamaan  yang
demikian. Pada tahun 1830, Mormon, atau Gereja Yesus Kristus
dari  Orang-orang  Suci  Hari Terakhir, dibentuk oleh Joseph
Smith (1805-1844) yang mengklaim telah mengalami suatu wahyu
Tuhan, menemukan tablet-tablet emas yang tertulis dalam Buku
Mormon, yakni yang merupakan  kitab  suci  penganut  Mormon.
Pada    mulanya   ajaran   Mormon   ini   terlarang   karena
pandangan-pandangan  mereka  yang  menyimpang  dari   ajaran
Kristen  dan  praktek  poligami  mereka,  tetapi  Mormon ini
merayap ke seluruh Amerika dan akhirnya menetap di Salt Lake
City, tempat markas mereka terletak hingga kini.
 
Aliran  spiritual  mulai  ada  tahun  1848  ketika dua orang
perempuan, yakni saudara  perempuan  Fox  yang  berumur  dua
belas  dan lima belas tahun, menyebabkan suatu kegemparan di
antara, penduduk  kota  mereka,  Arcadia,  New  York  State,
dengan  mengklaim  bahwa  mereka  telah  dapat berkomunikasi
dengan  roh-roh.  Walaupun   ada   yang   menyatakan   bahwa
suara-suara  gaduh tersebut adalah suara gabungan dari suara
kedua anak perempuan tersebut, tetapi mereka (penduduk  kota
tersebut)   berkumpul  sedemikian  banyak  mendukung  supaya
Gereja Spiritual didirikan. Penganut aliran Spiritual yakin,
selain   pada   pandangan-pandangan  Kristen  biasa,  bahwa,
melalui mereka, nasihat dan tuntunan dapat diperoleh.
 
Advent  Hari  Ketujuh  juga  mulai  ada  di  Amerika,   yang
membangun  reputasinya  dalam  tahun  1860,  dan setelah itu
sekte ini cepat menyebar ke seluruh  dunia.  Berbeda  dengan
sekte-sekte  Kristen  lainnya,  mereka  membuat hari ketujuh
sebagai Sabat (yaitu,  mereka  menjalankannya  seperti  yang
dilakukan  oleh  orang  Yahudi,  dimulai  dari saat matahari
terbenam pada  hari  Jumat  sampai  matahari  terbenam  hari
Sabtu).  Sama  seperti Gereja Baptis, mereka hanya membaptis
orang-orang dewasa, dan juga  membuat  pembatasan-pembatasan
mengenai  apa yang dapat dimakan dan diminum oleh jemaatnya.
Misalnya, mereka  tidak  boleh  minum  alkohol  dan  memakan
makanan kerang-kerangan.
 
Sebelum mengakhiri ulasan ini, tiga kelompok Kristen lainnya
harus disebut yakni: Christian Science,  Saksi  Jehova,  dan
gerakan Pantekosta.
 
Christian  Science  didirikan oleh Mrs. Mary Baker Eddy pada
tahun 1879, yang mempertahankan bahwa satu-satunya  realitas
hanyalah pikiran dan semua yang lainnya adalah illusi.
 
Oleh  karena itu penyakit jangan dirawat dengan obat, tetapi
harus disembuhkan dengan mempraktekkan pemikiran yang benar.
 
Saksi Jehova, yang didirikan oleh C.T. Russell, yakin  bahwa
kedatangan  kedua  kalinya  Yesus serta akhir dunia ini akan
terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, dan bila  hal  itu
terjadi  maka  hanya  suatu kelompok elit saja yang selamat,
yaitu kelompok Saksi Jehova itu  sendiri.  Mereka  mempunyai
Al-Kitab   dengan   terjemahan  mereka  sendiri  dan  mereka
menyisihkan   banyak   waktu,   usaha,   dan   uang    untuk
kegiatan-kegiatan missionaris.
 
Yang  terakhir,  yakni gerakan Pantekosta, yang bermula dari
suatu missi di Los Angeles dalam tahun 1906  yang  dilakukan
oleh  W.J.  Seymour,  mengajarkan bahwa setiap orang Kristen
dapat mengalami kehadiran  Rohul  Kudus  dalam  diri  mereka
sendiri  dan  menerima  hadiah-hadiah  roh.  Oleh karena itu
kebaktian Pantekosta adalah merupakan  upacara  yang  sangat
emosional,  di  mana  jemaatnya  menjadi dirasuki oleh Rohul
Kudus dan tampak  berbicara  dalam  lidah  (berbahasa  roh),
sebagaimana  yang  dilakukan  oleh  murid-murid  Yesus  yang
pertama. Walaupun gerakan Pantekosta telah mempunyai  gereja
sendiri,   tetapi   gerakan   ini  telah  juga  mempengaruhi
aspek-aspek lain dari Gereja  (Kristen),  dan  dalam  GereJa
Katolik  gerakan  tersebut juga berpengaruh dengan munculnya
apa yang disebut  gerakan  Karismatik,  orang-orang  Katolik
bermaksud menerima Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri.
 
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengulas secara mendalam
sekte-sekte Kristen, bahkan tulisan ini tidak menyebut semua
sekte  yang  ada,  karena  ada  banyak  gerakan-gerakan  dan
aliran-aliran pemikiran yang berbeda dalam  Gereja  Kristen.
Penulis hanya mencoba untuk menempatkan dalam latar belakang
historis dan teologis sekte yang paling menyebar.

sejarah lahirnya filsafat

BAB I
PENDAHULUAN


Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).
Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di lembah sungai Nill (Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat, tabel bilangan berpangkat, tabel perkalian dengan menggunakan sepuluh jari.
Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatannya menerapkan geometri dan matematika, menunjukkan cara berfikirnya yang sudah tinggi. Selain itu mereka pun sudah dapat mengadakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan, matahari, sehingga dapat meramalkan gerhana bulan maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi.
Di India dan Cina waktu itu telah ditemukan cara pembuatan kertas dan kompas (sebagai petunjuk arah).



BAB II
PEMBAHASAN


A. Masa Yunani
Yunani terletak di Asia Kecil. Kehidupan penduduknya sebagai nelayan dan pedagang, sebab sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pantai, sehingga mereka dapat menguasai jalur perdagangan di Laut Tengah.
Kebiasaan mereka hidup di alam bebas sebagai nelayan itulah mewarnai kepercayaan yang dianutnya, yaitu berdasarkan kekuatan alam, sehingga beranggapan bahwa hubungan manusia dengan Sang Maha Pencipta bersifat formalitas. Artinya kedudukan Tuhan terpisah dengan kehidupan manusia.
Kepercayaan yang bersifat formalitas (natural religion) tidak memberikan kebebasan kepada manusia, ini ditentang oelh Homerus dengan dua buah karyanya yang terkenal, yaitu Ilias dan Odyseus. Kedua karya Homerus itu memuat nilai-nilai yang tinggi dan bersifat edukatif. Sedemikian besar peranan karya Homerus, sama kedudukannya seperti wayang purwa di Jawa. Akibatnya masyarakat lebih kritis dan rasional.
Pada abad ke-6 SM, bermunculan para pemikir yang berkepercayaan sangat bersifat rasional (cultural religion) menimbulkan pergeseran. Tuhan tidak lagi terpisah dengan manusia, melainkan justru menyatu dengan kehidupan manusia. Sistem kepercayaan yang natural religius berubah menjadi sistem cultural religius.
Dalam sistem kepercayaan natural religius ini manusia terikat oleh tradisionalisme. Sedangkan dalam sistem kepercayaan kultural religius ini memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya dengan bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk menghadapai dan memecahkan berbagai kehidupan alam dengan akal pikiran.
Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (625 – 545 SM) yang berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan Democritos mengembangkan teori materi, Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan geometri edukatif, Socrates mengembangkan teori tentang moral, Plato mengembangkan teori tentang ide, Aristoteles mengembang teori tentang dunia dan benda serta berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi). Suatu keberhasilan yang luar biasa dari Aristoteles adalah menemukan sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai sekarang masih terkenal.
Para ahli pikir Yunani Kuno ini mencoba membuat konsep tentang asal mula alam. Walaupun sebelumnya sudah ada tentang konsep tersebut. Akan tetapi konsepnya bersifat mitos yaitu mite kosmogonis (tentang asal usul alam semesta) dan mite kosmologis (tentang asal-usul serta sifat kejadian-kejadia dalam alam semesta), sehingga konsep mereka sebagai mencari asche (asal mula) alam semesta, dan mereka disebutnya sebagai filosof alam.
Oleh karena arah pemikiran filsafatnya pada alam semesta maka corak pemikirannya kosmosentris. Sedangkan para ahli pikir seperti Socrates, Plato dan Aristoteles yang hidup pada masa Yunani Klasik karena arah pemikirannya pada manusia maka corak pemikiran filsafatnya antroposentris. Hal ini disebabkan, arah pemikiran para ahli pikir Yunani Klasik tersebut memasukkan manusia sebagai subyek yang harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya.

B. Masa Abad Pertengahan
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oelh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan atas dogma agama, sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Karel Agung, maka didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi dan musik. Keadaan yang demikan akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Dalam ordo inilah mereka mengabdikan dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033 – 1109), Abaelardus (1079 – 1143), Thomas Aquinas (1225 – 1274).
Di kalangan para ahli pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam) muncul al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd. Periode skolastik Islam ini berlangsung tahun 850 – 1200. pada masa itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Akan tetapisetelah jatuhnya kerajaan Islam di Granada di Spanyol tahun 1492 mulailah kekuasaan politik Barat menjarah ke Timur. Suatu prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang filsafat. Di sini mereka merupakan mata rantai yang mentransfer filsafat Yunani, sebagaimana yang dilakukan oelh sarjana-sarjana Islam di Timur terhadap Eropa dengan menambah pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filosof Islam sendiri sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-Qur’an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Kemudian pikiran-pikiran ini masuk ke Eropa yang merupan sumbangan Islam yang paling besar, yang besar pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan dan pemikiran filsafat terutama dalam bidang teologi dan ilmu pengetahuan alam. Peralihan dari abad pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa peralihan (masa transisi), yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme yang berlangsung pada abad 15-16. munculnya Renaisance dan Humanisme inilah yang mengawali masa abad modern. Mulai zaman modern inilah peranan ilmu alam kodrat sangat menonjol, sehingga akibatnya pemikiran filsafata semakin dianggap sebagai pelayan dari teologi, yaitu sebagai suatu sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.

C. Masa Abad Modern
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan, sehingga corak pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal fikir dan pengalaman.
Di atas telah dikemukakan bahwa munculnya Renaisance dan Humanisme sebagai awal masa abad modern. Di mana para ahli (filosof) menjadi pelopor perkembangan filsafat (kalau pada abad pertengahan yang menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama). Dan pemikiran filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode logis ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat mengasai lingkungan alam dengan menggunakan berbagai penemuan ilmiah.
Karena semakin pesatnya orang menggunakan metode induksi/ eksperimental dalam berbagai penelitian ilmiah, akibatnya perkembangan pemikiran filsafat mulai tertinggal oleh perkembangan ilmu-ilmu alam kodrat (natural sciences). Rene Descartes (1596 – 1650) sebagai bapak filsafat modern yang berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu alam dengan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini dimaksudkan, agar kebenaran dan kenyataan filsafat juga sebagai kebenaran dan kenyataan yang jelas dan terang.
Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah kepada filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi dengan upaya manusia, bagaimana cara/ sarana apa yang dipakai untuk mencari kebenaran dan kenyataan. Sebagai tokohnya George Berkeley (1685 – 1753), David Hume (1711 – 1776), Rousseau (1722 – 1778).
Di Jerman muncul Christian Wolft (1679 – 1754) dan Immanuel Kant (1724 – 1804), yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu pengethuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk pengertian-pengertian yang jelas dan bukti yang kuat.
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah. Pemikiran filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu kepribadian tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri. Ada filsafat Amerika, filsafat Perancis, filsafat Inggris, filasafat Jerman. Tokoh-tokohnya adalah Hegel (1770-18311), Karl Marx (1818 -1883), August Comte (1798 -1857), JS. Mill (1806 – 1873), John Dewey (1858 – 1952).
Akhirnya dengan munculnya pemikiran filsafat yang bermacam-macam ini, berakibat tidak terdapat lagi pemikiran filsafat yang mendominasi. Giliran selanjutnya lahirlah filsafat kontemporer atau filsafat dewasa ini.

D. Masa Abad Dewasa Ini
Filsafat dewasa ini atau filsafat abad ke-20 juga disebut Filsafat Kontemporer yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah desentralisasi manusia. Karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian yang khusus kepada bidang bahasa dan etika sosial.
Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah; arti kata-kata dan arti pernyataan-pernyataan. Masalah ini muncul karena bahwa realitas sekarang ini banyak bermunculan berbagai istilah, di mana cara pemakainnnya sering tidak dipikirkan secara mendalam, sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda-beda (bermakna ganda). Maka timbullah filsafat analitika, yang di dalamnya membahas tentang cara berfikir untuk mengatur pemakaian kata-kata/ istilah-istilah yang menimbulkan kerancauan, dan sekaligus dapat menunjukkan bahaya-bahaya yang terdapat di dalamnya. Oleh karena bahasa sebagai obyek terpenting dalam pemikiran filsafat, maka para ahli pikir menyebut sebagai logosentris.
Dalam bidang etika sosial memuat pokok-pokok masalah apakah yang hendak kita perbuat di dalam masyarakat dewasa ini.
Kemudian, pada paruh pertama abad ke-20 ini timbul aliran-aliran kefilsafatan seperti Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme, Neo-Hegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme, Irasionalisme, Neo-Vitalisme, Spiritualisme, Neo-Positivisme. Aliran-aliran di atas sampai sekarang tinggal sedikit yang masih bertahan. Sedangkan pada awal belahan akhir abad ke-20 muncul aliran kefilsafatan yang lebih dapat memberikan corak pemikiran dewasa ini seperti Filsafat Analitik, Filsafat Eksistensi, Strukturalisme, Kritika Sosial.


BAB III
PENUTUP


Demikian beberapa uraian tentang sejarah kelahiran filsafat secara umum. Dengan adanya ragam variasi model pemikiran filsafat tersebut dimaskudkan akan menciptakan suasana pikir generasi mendatang untuk lebih kritis. Terpacu dan terinspirasi untuk mengimplementasikan pemikiran filsafat yang kontekstual dengan perubahan zaman di mana dia tinggal.
Karena hakekatnya berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global, menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan.
Berpikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan. Dengan memahami konsep yang mendasari sejarah kelahiran masing-masing pemikiran filsafat, diharapkan dapat menjadikannya sebagai padangan hidup, sebagai penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga).
Wallahu ’alamu.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting