Alexander Agung (bahasa Yunani: Μέγας Ἀλέξανδρος ("Megas Alexandros"), bahasa Inggris: Alexander the Great) adalah seorang penakluk asal Makedonia.
Ia diakui sebagai salah seorang pemimpin militer paling jenius
sepanjang zaman. Ia juga menjadi inspirasi bagi penakluk-penakluk
seperti Hannibal, PompeyCaesar dari Romawi, dan Napoleon.
Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Alexander mampu menjadikan
Makedonia sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia. dan
Riwayat
http://kolom-biografi.blogspot.com/2008/11/biografi-alexander-agung-sang-penakluk.html
http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/06/dzulqarnain-bukanlah-alexander-the-great/
Riwayat
Alexander dilahirkan pada tanggal 20 Juni 356 SM di Pella, ibu kota Makedonia, sebagai anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya Olympias, seorang Putri dari Epirus. Ketika kecil, ia menyaksikan bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan memenangkan berbagai pertempuran di wilayah Balkan. Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles,
untuk menjadi guru pribadi bagi Alexander. Dalam tiga tahun,
Aristoteles mengajarkan berbagai hal serta mendorong Alexander untuk
mencintai ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi. Pada tahun 340
SM, Filipus mengumpulkan sepasukan besar tentara Makedonia dan
menyerang Byzantium . Selama penyerangan itu, ia memberikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia .
Raja
Phillip II meninggal tahun 336 SM oleh pembunuh gelap pada saat
pernikahan putrinya. Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada
usia 20 tahun. Sesaat setelah kematian Phillip, kota-kota di Yunani
yang sebelumnya telah tunduk pada Makedonia seperti Athena dan Thebes
memberontak. Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan
pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan
kembali, dia memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain untuk memberontak.
Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia
dengan membawa sekitar 42.000 pasukan. Selama dua tahun berikutnya
Alexander memenangkan berbagai pertempuran melawan pasukan Persia
hingga akhirnya dia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh
Raja Persia Darius III
pada 333 SM. Darius yang kabur berusaha untuk damai dengan menawarkan
Alexander wilayah dan harta namun ditolak. Alexander mengatakan bahwa
dia sekarang adalah Raja Asia dan hanya dia yang berhak menentukan
pembagian wilayah. Alexander kemudian meneruskan ekspansi militernya
hingga berhasil menaklukkan wilayah Mesir hingga ke perbatasan India sebelum terpaksa berhenti karena prajuritnya yang kelelahan karena pertempuran terus-menerus selama sepuluh tahun.
Alexander
kemudian kembali ke kerajaanya untuk merencanakan ekspansi baru. Selama
perjalanan ia mengeksekusi banyak satrap (semacam gubernur) dan pejabat
yang bertindak melenceng sebagai contoh. Kemudian sebagai wujud terima
kasih pada para prajuritnya, Alexander memberi sejumlah uang pada
mereka dan menyatakan bahwa ia akan mengirim para veteran dan cacat
kembali ke Makedonia. Namun tindakan ini justru diartikan sebaliknya
oleh prajurit Alexander. Selain itu, mereka juga menentang sejumlah
keputusan Alexander, seperti mengadopsi budaya Persia dan dimasukkanya pasukan dari Persia ke dalam barisan prajurit dari Makedonia. Sejumlah Prajurit kemudian memberontak di kota Opis.
Alexander mengeksekusi para pemimpin pemberontakan tersebut, namun
mengampuni para prajuritnya. Dalam upaya menciptakan perdamaian yang
bertahan antara orang-orang Makedonia dan rakyat Persia , Alexander mengadakan pernikahan massal antara para perwiranya dengan wanita bangsawan dari Persia . Akan tetapi, hanya sedikit pernikahan yang bertahan lebih dari setahun.
Sewaktu
di Babilonia, Alexander tiba-tiba terkena sakit parah dan mengalami
demam selama 11 hari sebelumnya akhirnya meninggal pada tanggal 10 Juni 323 SM, dalam usia sekitar 33 tahun. Penyebab kematian yang sesungguhnya tidak jelas.
Setelah
kematian Alexander, tidak adanya ahli waris menyebabkan terjadi
perpecahan dan pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah
perselisihan bertahun-bertahun, sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas
bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4 wilayah yang masing dikuasai
salah satu jendral Alexander.
Dunia pada saat kematian Alexander, menunjukkan kemaharajaannya dalam konteks geopolitik yang lebih besar
Walaupun
hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu
membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang
pernah ada sebelumnya. Pada saat ia meninggal, luas wilayah yang
diperintah Alexander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang
diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia).
Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung menyebabkan terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan kebudayaan Hellenisme. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.
Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasakan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota bernama Alexandria
yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya
yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang
menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.
Gelar The Great atau Agung
di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja
dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang
sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.
Selama ini banyak disalahpahami bahwa Dzulqarnain adalah Alexander Agung atau Alexander The Great, seorang penakluk asal Macedonia.
Padahal yang dimaksud Al-Qur’an, Dzulqarnain adalah seorang shalih yang
hidup di masa Nabi Ibrahim ‘Alaihi salam, bukan seorang kafir yang
merupakan anak didik filosof Yunani, Aristoteles. Berikut ini kami
nukilkan penjelasan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu dalam Fathul
Bari tentang Dzulqarnain.
Al-Imam
Al-Bukhari rahimahullahu membawakan kisah Dzulqarnain dalam Kitabul
Fitan bab Qishshatu Ya`juj wa Ma`juj dalam Shahih-nya, sebelum bab
Qaulullah ta’ala Wattakhadza Ibrahima Khalilan. Hal ini merupakan
isyarat untuk melemahkan pendapat yang mengatakan bahwa Dzulqarnain
yang disebut dalam Al-Qur`an adalah Iskandar Al-Yunani (Alexander
Agung1). Karena Iskandar2 Al-Yunani hidup pada masa yang berdekatan
dengan zaman Nabi ‘Isa ‘alaihissalam. Padahal perbedaan masa antara
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Nabi ‘Isa lebih dari 2.000 tahun. Dan
yang nampak, Iskandar yang akhir ini dijuluki Dzulqarnain juga untuk
menyamakannya dengan Iskandar yang pertama, dari sisi luasnya kerajaan
dan kekuasaannya atas banyak negeri. Atau, ketika Iskandar yang kedua
ini menaklukkan Persia serta membunuh raja mereka, maka dua kerajaan
yang luas Persia dan Romawi berada di bawah kekuasaannya, sehingga dia
dijuluki dengan Dzulqarnain (yang memiliki dua tanduk).
Dan yang benar, Dzulqarnain yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan kisahnya dalam Al-Qur`an adalah yang pertama. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari beberapa sisi:
1. Hal yang telah saya sebutkan di atas (yaitu perbedaan masa).
Yang
menunjukkan bahwa Dzulqarnain lebih dahulu masanya (daripada Alexander)
adalah apa yang diriwayatkan oleh Al-Fakihi dari jalan ‘Ubaid bin
‘Umair seorang tabi’in kibar (senior) bahwa Dzulqarnain menunaikan haji
dengan berjalan kaki. Hal ini kemudian didengar oleh Ibrahim
‘alaihissalam, sehingga beliau menemuinya.
Juga yang diriwayatkan dari jalan ‘Atha` dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Dzulqarnain masuk ke Masjidil Haram lalu mengucapkan salam kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan menjabat tangan beliau. Dan dikatakan bahwa dialah orang yang pertama kali melakukan jabat tangan.
Juga
dari jalan ‘Utsman bin Saj bahwasanya Dzulqarnain meminta kepada Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam untuk mendoakannya. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
lalu menjawab: “Bagaimana mungkin, sedangkan kalian telah merusak sumurku?” Dzulqarnain berkata: “Itu terjadi di luar perintahku.” Maksudnya, sebagian pasukannya melakukannya tanpa sepengetahuannya.
Ibnu
Hisyam menyebutkan dalam At-Tijan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
berhukum kepada Dzulqarnain pada suatu perkara, maka dia pun menghukumi
perkara itu.
Ibnu
Abi Hatim juga meriwayatkan dari jalan Ali bin Ahmad bahwa Dzulqarnain
datang ke Makkah serta mendapati Ibrahim dan Ismail ‘alaihissalam
sedang membangun Ka’bah. Dia kemudian bertanya kepada mereka berdua.
(Nabi Ibrahim menjawab): “Kami adalah dua orang hamba yang diperintah.”
Dzulqarnain bertanya: “Siapa yang menjadi saksi bagi kalian?” Maka
berdirilah lima akbasy dan bersaksi. Dzulqarnain lalu berkata: “Kalian
telah benar.” Dia (Ali bin Ahmad) berkata: “Aku kira, akbasy yang
disebutkan itu adalah bebatuan, dan mungkin saja berupa kambing.”
http://kolom-biografi.blogspot.com/2008/11/biografi-alexander-agung-sang-penakluk.html
http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/06/dzulqarnain-bukanlah-alexander-the-great/