Kamis, 27 Oktober 2011

ASAL USUL DAN SEJARAH KRISTEN

Pendiri agama Kristen adalah seorang Yahudi  bernama  Yesus,
yang  lahir  di Betlehem, Palestina, antara tahun 8 hingga 4
SM. Tradisi biasanya menyebutkan bahwa dia lahir dalam bulan
Desember  tahun  pertama  era Kristen yaitu, tahun 1 M, akan
tetapi telah diketahui sekarang bahwa hal ini  salah.  Dalam
catatan-catatan yang menyangkut Yesus -yakni Injil, empat di
antaranya  terdapat  dalam  perjanjian  baru  yang   ditulis
Matius, Markus, Lukas, dan Yahya- kita diberi tahu bahwa dia
lahir selama berkuasanya Raja Herodes dan pada saat Kerajaan
Romawi   melaksanakan   sensus   penduduk.  Kerajaan  Romawi
melaksanakan  sensus  penduduk  empat  belas  tahun  sekali.
Sensus  pertama  berlangsung  tahun  6  M; ini berarti bahwa
sensus sebelumnya dimulai tahun 8  SM,  selama  pemerintahan
Kaisar  Augustus  dan  tanah  Judea diperõntah Kerenius yang
dapat kita baca dalam Lukas 2:1-5.  Kita  juga  diberi  tahu
tentang  bintang  yang  menuntun orang Majus ke tempat Yesus
berada,  dan  astronom  Keppler,  menghitung  bahwa   timbul
konjungsi antara Saturnus, Jupiter, dan Mars kira-kira tahun
7 SM yang menampakkan kesan sebagai bintang baru yang terang
benderang.  Semua  data ini mendukung kesimpulan bahwa Yesus
lahir antara tahun 8 hingga 4 SM. Kita juga dapat  menentang
pendapat  bahwa  Yesus  lahir  bulan  Desembers karena dalam
Injil Lukas terdapat gembala yang  menggembalakan  ternaknya
pada  malam  hari (2:8). Namun di Palestina pun cuaca dingin
dan turun sadju, jadi saat kelahiran itu  pastilah  di  luar
musim dingin karena para gembala tidak akan keluar pada saat
tersebut. Musim yang lebih mungkin adalah  musim  semõ  atau
musim rontok.
 
Penganut  ajaran  Kristen  percaya  bahwa  ibu  Yesus, yakni
Maria, melahirkan Yesus  dalam  keadaan  masih  perawan  dan
belum  bersetubuh dengan suaminya yaitu Yusuf. Anak tersebut
lahir karena kekuasaan Tuhan melalui roh kudus. Kaum Katolik
bahkan   berkeyakinan  bahwa  Maria  tetap  perawan  setelah
kelahiran Yesus. Saudara laki-laki dan perempuan Yesus  yang
disebutkan  dalam  Markus  6:1-6 adalah anak-anak Yusuf dari
perkawinannya yang terdahulu.
 
Tidak  banyak  yang  kita  ketahui  tentang  Yesus  di  masa
kanak-kanak;   kisahnya   mulai   banyak  diungkapkan  untuk
perjalanan  hidupnya  setelah  berusia   tigapuluhan,   saat
dibaptis   oleh   Yahya.  Yahya  membaptis  manusia  sebagai
persiapan mereka untuk menerima kedatangan  "juru  selamat;"
pada  waktu Yesus datang, dia menolak membaptis Yesus dengan
menyatakan bahwa Yahya tidak pantas membaptis Yesus,  bahkan
sebaliknya  dialah  yang  pantas dibaptis. Namun Yesus tetap
meminta  Yahya  membaptis  dirinya;  setelah  dibaptis   dia
mengasingkan  diri  selama  40  hari  dan  memikirkan  "juru
selamat" yang  bagaimanakah  sebenarnya.  Selama  itu  iblis
menggoda  dia,  membujuk  Yesus  agar  menjadi pahlawan bagi
bangsa Yahudi, atau  memenangkan  dukungan  bangsanya  lewat
perbuatan  kegaiban  atau  dengan memenuhi kepuasan material
bangsa Yahudi. Yesus menolak godaan ini,  karena  Dia  sadar
bahwa  Dia haruslah "juru selamat" yang menderita, yang akan
mati demi bangsanya.
 
Setelah meninggalkan gurun,  dia  memilih  dua  belas  orang
sebagai  teman dan muridnya. Murid-murid ini mempunyai latar
belakang yang beragam: Petrus dan Andreas adalah  bersaudara
dan nelayan miskin; Yacob dan Yahya, juga bersaudara, adalah
nelayan juga, namun lebih makmur; Matius (atau Levi)  adalah
pengumpul  pajak yang bekerja bagi orang Romawi; ada anggota
kelompok Zealot yang fanatik; dan Yudas Iskariot, orang yang
pada  akhirnya  mengkhianati Yesus dan menyerahkannya kepada
musuhnya. Dari kedua belas muridnya, Petrus, Yacob dan Yahya
merupakan teman Yesus yang paling dekat.
 
Dalam  Markus  6:1-6  Yesus  disebut "tukang kayu," dan dari
sini diasumsikan bahwa sebelum  terkenal,  Yesus  meneruskan
profesi  ayahnya  sebagai tukang kayu. Kita tidak mengetahui
latar belakang pendidikannya walaupun mungkin dia memperoleh
pendidikan  dari  cendekiawan  monastik  Yahudi,  yakni kaum
Essenes, yang ajarannya banyak mirip dengan ajaran  Kristen.
Namun  dari  kitab-kitab  Injil  dapat  kita lihat bahwa dia
adalah manusia yang cerdas, arif dan penuh humor.  Ajarannya
dia sampaikan lewat perumpamaan, dongeng, kisah-kisah pendek
yang mengandung makna mendalam.  Teknik  pengajaran  seperti
inilah yang ditempuh para rabbi karena lebih mudah menangkap
makna   lewat   kisah-kisah   pendek   dibandingkan    lewat
kisah-kisah panjang, atau lewat diskusi formal yang panjang.
Kisah-kisah atau  perumpamaan  Yesus  adalah  sederhana  dan
langsung kena, kisah yang mudah disimak oleh siapa pun. Akan
tetapi,  dia  juga  menggunakan  kotbah,  dan  kotbah   yang
terkenal  adalah  kotbah  bukit  (kotbah  ini  bukanlah satu
kotbah panjang, melainkan adalah intisari yang diambil  dari
ucapan-ucapan Yesus dalam berbagai kejadian).
 
Di samping memberikan ajaran, Yesus juga menyembuhkan banyak
penyakit  dan  bahkan  menghidupkan  kembali   orang   mati.
Perlahan-lahan  namanya  termasyhur  ke  seluruh  negeri dan
orang  mulai  berbisik-bisik  mempersoalkan  siapakah   dia.
Pertama kali Yesus mengaku sebagai "juru selamat" yang telah
lama dinanti-nantikan di  Caesarea  Phillippi.  Setelah  dia
menanyakan   kepada   murid-muridnya  tentang  siapakah  dia
disebut khalayak ramai, dia bertanya tentang siapakah dia di
mata  para muridnya? Petrus, yang merupakan orang pemberani,
menjawab, "Engkau adalah juru selamat." Semenjak  itu  Yesus
mulai  memperkenalkan ajaran-ajaran dan perintah-perintahnya
kepada kedua belas muridnya  tentang  tujuan  kedatangannya.
Lalu  dia  diberi  nama  Kristus  yang  berarti  "orang yang
diurapi." Segera setelah pengakuan oleh Petrus  tentang  dia
(Yesus)  sebagai  "juru selamat," dia mengajak Petrus, Yahya
dan Yacob ke suatu bukit, di mana pakaian  dan  wajah  Yesus
menjadi  bercahaya  putih mengkilap dan dia berkomune dengan
Nabi Elisa dan Musa.  Peristiwa  ini  disebut  Transfigurasi
(perubahan tubuh).
 
Namun  selama  tiga  tahun  misi  Yesus,  tantangan terhadap
ajarannya meningkat terutama dari pihak Parisi  dan  Saduki.
Kaum  Saduki  adalah  kelompok  kecil aristokrat yang sangat
berpengaruh  yang  mengaku   sebagai   keturunan   Sulaiman.
Kelompok  Parisi terbentuk pada saat Kekaisaran Yunani ingin
menanamkan pengaruhnya di Palestina, dan Kaum Parisilah yang
sangat  menentang  pengaruh (Helenisasi) ini. Kedua kelompok
ini, dengan alasan yang berbeda, memusuhi Yesus; kaum Parisi
menolak  karena  ajaran-ajaran  Yesus  menentang  sikap kaum
Parisi. Kita tahu orang Yahudi sangat berpegang erat  kepada
10  perintah Allah, sementara Yesus memperbaharui penafsiran
tentang   makna   kesepuluh   perintah   tersebut.    Selama
bertahun-tahun   hukum  itu  berubah  menjadi  doktrin  yang
mendasari ajaran Yudaisme, yang  menjadi  dasar  bagi  orang
Yahudi  untuk mengasihi Tuhan dan sesamanya. Bagi kebanyakan
orang Parisi, tradisi  lebih  penting  daripada  hukum,  dan
Yesus  sangat lantang menentang sikap orang Parisi ini. Kaum
Saduki menentang Yesus karena  mereka  bekerja  sama  dengan
bangsa  Romawi, dan karena itu mereka sangat berpengaruh dan
menikmati  hak-hak  istimewa.  Mereka  khawatir  Yesus  bisa
menimbulkan   kesulitan  yang  berakhir  pada  situasi  yang
mengancam pada prestise dan kekuasaan mereka.
 
Setelah kira-kira  tiga  tahun,  Yesus  pergi  ke  Yerusalem
menunggang  keledai  dan disambut sebagai pembebas dan "juru
selamat," karena saat itu bertepatan  dengan  berlangsungnya
pesta  paskah  dan  Yerusalem  dipadati oleh banyak manusia.
Paskah adalah  hari  yang  ditunggu-tunggu  bagi  kedatangan
"juru  selamat"  bangsa  Yahudi, sehingga suasana saat Yesus
memasuki kota amatlah eksplosif.  Lalu  dia  masuk  ke  Bait
Allah   dan  mengusir  semua  pedagang,  pembunga  uang  dan
orang-orang lain  yang  dia  anggap  mengotori  tempat  suci
tersebut.  Penduduk  menunggu  tindakannya yang selanjutnya,
yakni  hal  mengumumkan  dirinya  sebagai  Raja  yang   akan
mengusir    penjajah    Romawi;    namun    tindakan    yang
ditunggu-tunggu itu tidak pernah  muncul.  Sebaliknya  Yesus
mengadakan  perjamuan  dengan murid-muridnya, yang dinamakan
perjamuan   terakhir   (sebagian   cendekiawan   menyebutnya
perjamuan paskah), sesudah itu dia pergi ke Taman Getsemane.
Di sana dia  ditangkap  serdadu  yang  dipimpin  oleh  Yudas
Iskariot.
 
Pertama  kali  setelah  ditangkap, Yesus diajukan ke hadapan
para imam dan dituduh menghujat Allah, suatu kejahatan besar
dalam   hukum   Yahudi,  namun  karena  mereka  tidak  dapat
menjatuhkan hukuman mati, keputusan  mereka  harus  disahkan
oleh penguasa Romawi. Lalu Yesus dihadapkan kepada penguasa,
Pontius  Pilatus,  dan   dituduh   melakukan   pemberontakan
subversi   dan   menghindari   pajak;  Pilatus  tidak  ingin
menghukum  orang  yang  tidak  bersalah,  namun   disebabkan
tekanan  para  imam  dan  amarah  bangsa Yahudi -yang merasa
tertipu kalau Yesus  tidak  memperlihatkan  dirinya  sebagai
"juru selamat" dalam arti penuh kemenangan dalam peperangan-
dia terpaksa membuat keputusan yang tidak  menyenangkan  dan
Yesus  dihukum  dengan penyaliban. Putusan itu dilaksanakan,
dan Yesus mati setelah penuh penderitaan selama tiga jam  di
kayu salib.
 
Akan  tetapi,  bagi  Gereja  Kristen,  itu  bukanlah  akhir,
melainkan adalah awal. Tiga hari kemudian Yesus bangkit dari
kematian  (tiga  hari  berdasarkan perhitungan Yahudi -Yesus
meninggal hari Jumat dan bangkit hari Minggu).  Para  wanita
yang  pergi  ke makamnya pada Minggu pagi menemukan makamnya
sudah kosong,  namun  pakaiannya  masih  terlipat  di  dalam
kubur.  Kemudian  Yesus  sendiri  menampakkan dirinya kepada
mereka; kemudian mereka berlari untuk memberitahukan hal itu
kepada   murid-murid   Yesus   yang   sebelumnya   meragukan
kebangkitan Yesus; namun kemudian  mempercayainya.  Beberapa
saat   kemudian   Yesus  mengajak  mereka  ke  suatu  bukit,
memberkati mereka lalu mereka terangkat ke  surga.  Semenjak
itu Yesus tidak pernah menampakkan diri lagi di bumi ini.
 
Sementara   itu  murid-murid  Yesus  tidak  bisa  menentukan
langkah-langkah   mereka   seterusnya.   Namun   pada   hari
Pantekosta,  pada  saat mereka semua berkumpul di Yerusalem,
Roh Kudus turun dari surga dan  hinggap  pada  masing-masing
mereka.  Sejak  itu  mereka  diubahkan, tidak lagi cemas dan
takut, melainkan sudah menjadi rasul-rasul yang berani  yang
menjelajahi  dunia  ini  untuk  menyampaikan  kabar  gembira
tentang Tuhan Yesus Kristus. Pada  awalnya  mereka  berharap
Yesus  segera  muncul  kembali,  namun hal itu tidak terjadi
demikian.
 
Iman  baru  ini  segera  menyebar  di  seluruh  dunia  lama.
Hebatnya,  misi  penyebaran  Injil  yang  paling spektakuler
bukanlah oleh salah satu murid Yesus melainkan  adalah  oleh
Saul  (Paulus)  dari  Tarsus, yang mengalami pertobatan pada
saat dia  dalam  perjalanan  ke  Damascus  untuk  menangkapi
orang-orang  Kristen;  sebagai  hasil  pertobatan  ini,  dia
banyak melakukan perjalanan untuk pekabaran Injil, mengalami
penderitaan  yang berat, bahkan mati martir demi imannya Dia
menuliskan banyak surat nasihat dan  penguatan  iman  kepada
gereja-gereja  baru  yang  dia  dirikan, dan dokumen-dokumen
ini, yang terdapat dalam  PerjanJian  Baru,  sangat  penting
karena  merupakan  salah  satu  tulisan Kristen pertama yang
kita miliki.
 
Pada tahun-tahun awal tersebut, ajaran baru ini masih dianut
orang   Yahudi,   namun   ternyata  agama  baru  ini  segera
menghilang dari antara orang-orang Yahudi  dan  dianut  oleh
orang-orang  di  luar Yahudi. Pemisahan antara ajaran Yahudi
dan Kristen mulai nyata dan akhirnya tak dapat  dihindarkan;
para  penganut  Kristen tidak lagi merayakan hari-hari besar
Yahudi serta tidak mempertahankan tradisi dan budaya Yahudi.
Pemisahan  ini  diakui pada Dewan Yerusalem pada tahun 48 M,
pada   saat   pembatasan-pembatasan    Yudaistis    terhadap
orang-orang Kristen yang bukan Yahudi diberlakukan.
 
Mula-mula  dengan  enggan  diberi  toleransi  oleh  Kerajaan
Romawi, faham Kristen di bawah masa pemerintahan Kaisar Nero
yang   sangat   membenci   ajaran   Kristen.  Nero  berusaha
memojokkan orang  Kristen  dengan  menuduh  bahwa  kebakaran
besar  kota Roma disebabkan oleh orang Kristen (64 M), serta
membunuh  orang-orang  Kristen,  di  antaranya  Petrus   dan
Paulus.  Banyak  orang  Kristen  berkeyakinan  bahwa  dengan
kematian rasul-rasul  ini,  dan  kematian  orang-orang  yang
secara   pribadi  mengenai  Kristus,  perlu  dibuat  rekaman
tertulis tentang kehidupan Kristus. Selama empat puluh tahun
berikutnya  masih  banyak tulisan tentang Yesus, namun hanya
empat di antaranya diakui dalam Perjanjian Baru. Akan tetapi
tindakan  pembunuhan  ini  bukanlah  yang  terakhir,  bahkan
meningkat selama pemerintahan  Kaisar  Domitian  (81-96  M).
Selama dua ratus tahun ajaran Kristen merupakan doktrin yang
ilegal hingga akhirnya Kaisar  Konstantin,  setelah  melihat
cahaya   terang   di  malam  hari  sebelum  melakukan  suatu
pertempuran, yang  meliputi  salib  dengan  tulisan  "dengan
tanda  ini  kamu  ditaklukkan,"  memberikan hak legal kepada
orang-orang Kristen pada tahun 313 M  dan  menjadikan  agama
Kristen sebagai agama negara Kekaisaran Romawi.
 
Apa  yang  terjadi  kepada  gereja muda ini selama masa yang
penuh kesulitan tersebut?  Tantangan  muncul  dari  berbagai
arah, namun penyebarannya makin pesat. Walaupun pada mulanya
Yerusalem  dianggap  sebagai   pusat   suci,   namun   sikap
permusuhan   yang   diperlihatkan  orang-orang  Yahudi  yang
menguasai  Yerusalem  mendorong  pemindahan  pusat  Kristen;
mula-mula  ke  Antiokia,  bergeser  ke  Roma. Selama periode
Konstantine, Agama Kristen makin kuat dan melembaga.
 
Salah satu masalah  pertama  yang  harus  dipecahkan  adalah
masalah  Trinitas,  keyakinan umat Kristen akan Bapak, Anak,
dan Roh Kudus, yang pada hakikatnya identik  namun  terpisah
satu  sama lain. Banyak pendapat yang berbeda diajukan untuk
menjawab masalah Trinitas, dan tahun 325 Konstantin  meminta
Dewan  Pertama  Nicaea  untuk  membahas  masalah  ini dengan
saksama, yakni 'Aryan Heresy' yang menyatakan bahwa  Kristus
diciptakan  Tuhan untuk membantu dalam penciptaan dunia ini,
dan menerima status ketuhanan dari Tuhan,  jadi  tidak  sama
esensinya  dengan  Tuhan.  Status ketuhanannya dapat dicabut
Tuhan. Dewan ini melahirkan Nicene Creed suatu  bentuk  yang
digunakan hingga dewasa ini dan mencakup kata-kata:
 
  - Kami percaya akan satu Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa,
    pencipta langit dan bumi, yang kelihatan maupun yang
    tidak kelihatan.
  - Kami percaya akan Yesus Kristus, anak tunggal Allah,
    yang diturunkan oleh Allah Bapak, bukan diciptakan,
    yang satu dengan Allah Bapak.
  - Kami percaya akan Roh Kudus, Tuhan, pemberi kehidupan,
    yang diturunkan dari Allah Bapak dan anak.
 
Lalu gereja dihadapkan dengan sekumpulan  masalah,  terutama
masalah  intern.  Romawi  Barat  dan  Timur  mulai  terpisah
semakin jauh dan akhirnya benar-benar terpisah. Memang sebab
pemisahan  ini  bukan hanya hal di atas, karena masih banyak
titik-titik perpecahan antara Barat dan Timur.  Dibandingkan
dengan   Kristen   Barat,  Kristen  Timur  lebih  menekankan
ikon-ikon. Ikon merupakan gambar flat pada kayu, gading atau
bahan-bahan  lain, yang memperlihatkan Yesus, Perawan Maria,
atau orang suci yang lain dan melembaga dalam Gereja Yunani.
Selama  abad  kedelapan,  ikon-ikon dilarang oleh Kaisar Leo
III, namun protes keras  menyebabkan  larangan  ini  dicabut
pada  Sidang  Umum  ketujuh yang berlangsung di Nicaea tahun
787. Ini tampaknya merupakan kemenangan Gereja Timur.  Namun
perpecahan di antara keduanya tidak akan diatasi oleh sidang
tersebut dan masalah ini mengemuka  pada  abad  ke  11  pada
waktu Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene
Creed, suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan
itu  adalah "dan anak" setelah frasa "kami percaya dalam Roh
Kudus, Tuhan pemberi kehidupan, yang diturunkan  dari  Allah
Bapak  ..."  Jadi,  Gereja-gereja Timur tidak menerima bahwa
Roh Kudus diturunkan dari Allah Bapak  dan  Anak,  melainkan
hanya  dari Allah Bapak. Tentang masalah ini Timur dan Barat
sama sekali  tidak  mempunyai  titik  temu  dan  menimbulkan
pemisahan   tahun   1054,   karena  wakil  Paus  menempatkan
surat-surat  ekskomunikasi  pada   altar   St.   Sophia   di
Konstantinopel.  Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan
Gereja Ortodoks Yunani. Unsur-unsur doktrinal membuat mereka
tetap  terpisah:  Gereja  Katolik  dipimpin oleh satu tampuk
pimpinan  yang  disebut  Paus,  sementara  Gereja   Ortodoks
menyerahkan   kepemimpinan   di   tangan  para  bishop  atau
patriark; pandangan tentang Roh Kudus juga  berbeda,  Gereja
Ortodoks  tetap  memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon
dalam pemujaan, para pelayan gerejanya  dibolehkan  menikah,
dan lain-lain.
 
Segera   kemudian,   yakni   tahun  1096,  Paus  Urbanus  II
mengorganisasi Gereja Katolik ke  dalam  satu  pola  seragam
yang  bertahan  selama  hampir  200  tahun  -tentara  salib.
Mula-mula  dibentuk  untuk  dua  tujuan,  yakni   mengurangi
tekanan  Turki  atas  Kekaisaran  Timur  dan  untuk menjamin
keamanan para peziarah yang berkunjung ke Yerusalem, tentara
salib  segera  mengalami  degradasi  cita-cita; mereka ingin
membebaskan Yerusalem dari kekuasaan Muslim.
 
Gereja  Katolik   tetap   berperan   penting   hingga   abad
pertengahan.  Berpusat  di  Roma,  Paus  memegang  kekuasaan
tertinggi, yang melampaui kekuasaan  raja  dan  ratu.  Namun
sejak  akhir  abad  keempat  belas mulailah timbul tantangan
terhadap kekuasaan Paus yang begitu besar. Timbullah gerakan
reformasi  yang  dimulai  Lollards dan Hussites; gerakan ini
berubah menjadi ancaman  serius  terhadap  supremasi  Gereja
Katolik  ketika  tahun  1617,  seorang  imam  bernama Martin
Luther menentang keras penjualan surat  aflat  oleh  gereja.
Dia     lalu     menolak    supremasi    Paus,    menyangkal
transubstantiation, serta mendorong  para  bangsawan  Jerman
untuk  memberontak  dan  memisahkan  kekuasaan  mereka. Para
bangsawan, yang sebelumnya terdisilusi dengan  kontrol  oleh
Gereja  dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan banyak di
antara mereka segera bergabung dengan Martin Luther.
 
Tindakan Luther merupakan awal tumbuhnya berbagai sekte yang
didasari kepada doktrin pokok Luther namun berkembang sesuai
dengan jalan yang ditempuh  masing-masing  sekte.  Pandangan
Luther  mendapat  formalisasi  dalam  Gereja  Lutheran  yang
tumbuh subur  di  Jerman,  Skandinavia  dan  Amerika.  Namun
Luther  pun  bertentangan  dengan  bekas sekutunya menentang
Paus. Salah satu bekas pendukungnya, Zwingli,  mengembangkan
pandangan  Eukaristi  yang  menyebabkan  Luther  dan Zwingli
berpisah.
 
Pengaruh Reformasi menyebar ke seluruh Eropa. Pembaharu yang
lain,  John Calvin, memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma
tahun 1533. Pandangannya hampir sama  dengan  Luther,  namun
dia  yakin  akan  adanya  karunia  tertentu  untuk  kelompok
tertentu.  Pengikut  Calvin  menyebar  di   Jerman,   Negeri
Belanda,   Skotlandia,   Swiss,   Amerika  Utara  dan  cukup
berpengaruh di Inggris.
 
Inggris juga mengikuti anjuran para pembaharu  namun  dengan
motif  yang  agak  berbeda. Tahun 1521 Raja Henry VIII telah
mengeluarkan  suatu  traktat  yang  menyerang  Luther   yang
menyebabkan  dia  mendapat  titel  'Pembela Iman" dari Paus.
Akan tetapi Raja Henry VIII sangat ingin menikahi putri Anne
Boleyn   namun   sebelum   bisa  menikahi  Anne,  dia  harus
menceraikan  Catherine  of  Aragon.  Sayangnya  Paus   tidak
merestui    perceraian    itu    (Roma    dipengaruhi   oleh
saudara-saudara Catherine yang ada di Spanyol,  negeri  asal
Catherine)  dan  Henry  terpaksa  mengabaikan kekuasaan Paus
pada tahun 1534. Lalu dia menyatakan dirinya sebagai  kepala
Gereja  Inggris,  dan dapat membatalkan perkawinannya dengan
Catherine.  Ajaran  "Tiga  puluh   sembilan   pasal,"   yang
menyangkut  hal-hal  yang  kontroversial serta mengungkapkan
bagaimana  kedudukan   Gereja   Inggris   mengenai   masalah
perceraian   tersebut,   dikeluarkan   tahun   1571   selama
pemerintahan Ratu Elizabeth I, anak perempuan Henry.  Gereja
Inggris mengakui kerajaan sebagai kepala gereja, bukan Paus,
juga  menolak  transubstantiation,  meniadakan  biara  serta
menggantikan   bahasa  Latin  dengan  bahasa  Inggris  untuk
dipakai di Gereja.
 
Tetapi reaksi terhadap Roma masih belum  mencapai  bentuknya
yang  paling  ekstrim. Dalam abad ketujuh belas, George Fox,
dari  Leicestershire  (Inggris),  mulai  menyebarkan  ajaran
bahwa manusia dapat berhubungan dengan Tuhan tanpa melakukan
suatu  'hiasan'  (upacara)  ritualis  yang  ditetapkan  oleh
gereja-gereja  Katolik,  dan  bahwa gereja-gereja yang telah
diperbaharui belum  cukup  jauh  melangkah  dalam  penolakan
mereka  terhadap  upacara  dan  hierarki  gerejawi.  Seorang
kristen, menurut George  Fox  tidak  membutuhkan  imam  atau
pendeta/pastor,  dan juga tidak membutuhkan bait suci. Tidak
ada  gunanya  ketujuh   sakramen   Gereja   Katolik;   tidak
dibutuhkan   suatu   sakramen   apa   pun.  Fox  lalu  mulai
menyebarkan ajarannya dan melakukan berbagai  perjalanan  ke
daerah-daerah   pedalaman.  Pada  umumnya,  saat  berdirinya
gerakan Fox ini dianggap terjadi pada tahun 1652, yakni saat
terjadinya  kebaktiannya  yang sangat berhasil untuk pertama
kalinya. Pengikutnya disebut  "Quakers,"  atau  "Perkumpulan
Sahabat-sahabat."   Sampai   sekarang   juga   mereka  tidak
mempunyai bait suci kecuali rumah-rumah kebaktian, dan dalam
kebaktian  mereka  tidak  ada  liturgy,  tetapi  sebaliknya,
setiap orang dapat berbicara bila mereka merasa bahwa mereka
mempunyai  sesuatu  yang  bermanfaat untuk diutarakan, tanpa
memperhatikan  atau  mempedulikan  berapa  usia   yang   mau
berbicara tersebut dan apa kedudukannya dalam masyarakat.
 
Berbagai  perkembangan  baru  telah  terjadi di Inggris pada
periode setelah Perang Saudara. Banyak  orang  merasa  tidak
senang  dengan  penyatuan  gereja  dan negara yang dilakukan
oleh  Henry  VIII,  tetapi  selama   periode   persemakmuran
(Commonwealth   period)  di  Inggris,  mereka  menjadi  lega
melihat bahwa kedua hal tersebut (gereja dan  negara)  telah
dipisahkan  kembali.  Akan tetapi, dengan naiknya Charles II
menjadi pangeran, Undang-undang Uniformitas dikeluarkan pada
tahun   1662   yang   memulihkan  status  quo  tersebut  dan
memerintahkan  semua  pastor  untuk   menerima   "Buku   Doa
Bersama." Imam-imam yang menolak untuk menerima (oleh karena
itu disebut Non-Conformis) ketentuan-ketentuan Undang-undang
ini  akan  dikeluarkan  dari Jemaah mereka dan dianiaya. Hal
ini  berlangsung  sampai  dengan   keluarnya   Undang-undang
Toleransi  pada  tahun  1689 yang memberikan mereka beberapa
hak hukum (legal). Akibatnya, perkembangan Gereja Baptis dan
Gereja   Reformasi  bersatu  mengalami  perkembangan  cepat.
Gereja Baptis, yang didirikan oleh  John  Smith,  menganggap
bahwa  pembaptisan  bayi  adalah  melawan  perintah Alkitab.
Hanya orang dewasa yang telah  mengerti  makna  sumpah  yang
diucapkannyalah  yang  dapat  dibaptis.  Mereka juga mencoba
untuk meyakinkan bahwa jemaat ikut  aktif  dalam  perjalanan
Gereja,  dan  mencontoh  Kisah rasul-rasul dengan mengangkat
deakonis dari antara jemaatnya (lihat Kisah  Rasul-Rasul  6:
1-6)   untuk   membantu   mengarahkan  dan  menuntun  gereja
tersebut. Gereja Reformasi Bersama adalah suatu koalisi dari
GereJa  Presbiterian  Inggris (yang dikembangkan dari ajaran
Calvin) dan gereja-gereja  Jemaat  Inggris  dan  Wales  yang
didasarkan  pada  ajaran-ajaran dari tokoh pembaharu lainnya
yang telah menyebarkan ajarannya pada  zaman  Calvin,  yakni
Robert Browne (1550-1633). Terlepas dari pandangan-pandangan
mereka yang sangat sama, tetapi usaha-usaha untuk menyatukan
kelompok-kelompok  ini  barulah  berhasil  pada  tahun  1972
dengan pembentukan Gereja Reformasi Bersatu.
 
Gereja Metodis pada mulanya adalah merupakan  suatu  gerakan
dalam  Gereja  Inggris. Pendirinya, John Wesley (1703-1791),
tetap menolak untuk  berpisah  dari  gereja  induknya.  Akan
tetapi,  setelah  kematiannya, disadari bahwa Gereja Metodis
tidak dapat lagi dimasukkan dalam Gereja Inggris,  dan  lalu
memisahkan  diri pada tahun 1795. John Wesley dan saudaranya
Charles,  melalui  studi  mereka  yang  ketat  dan   metodis
terhadap   InJil   (sehingga   mereka  disebut  dengan  nama
Metodis), merasa bahwa keselamatan  diperoleh  hanya  karena
kasih  dan  karunia Tuhan, bukan karena suatu perbuatan atau
kebaikan manusia.
 
Menjelang akhir abad kesembilan belas,  ada  gelombang  atau
kegairahan   lain  mengenai  perhatian  keagamaan.  Hal  ini
sebagian  disebabkan  penemuan-penemuan  ilmiah  dalam  abad
tersebut yang mengancam berbagai keyakinan yang hingga waktu
itu telah diterima sebagai  kebenaran  religius  yang  tidak
dapat dibantah (misalnya, mengenai taman firdaus dan masalah
penciptaan).  Dalam  hal   ini,   reaksi   dari   Pencerahan
(Enlightement)  dalam tahun-tahun sebelumnya turut berperan.
Akibatnya adalah bermunculannya banyak sekte yang memisahkan
diri  dari  gereja  induk  mereka,  sebagaimana yang terjadi
dalam  Reformasi   yang   memunculkan   gereja-gereja   yang
diperbaharui  yang  memisahkan  diri  dari  iman Katolik. Di
Inggris, Bala Keselamatan berkembang sebagai suatu  kekuatan
besar,  bukan  saja karena ketaatan beragamanya, tetapi juga
karena   reformasi   dan   bantuan   sosialnya.   Di   bawah
kepemimpinan  William  Booth  (1829-1912),  Bala Keselamatan
tersebut memisahkan diri dari  gereja  Metodis  dalam  tahun
1865  dan  membentuk  sendiri  suatu organisasi yang bergaya
militer karena kelompok tersebut menganggap dirinya  sebagai
laskar  perang  Tuhan  dan  memerangi  ketidakadilan sosial.
Dibandingkan dengan kebanyakan sekte Gereja,  mereka  sangat
sedikit  memperhatikan  sakramen,  walaupun  mereka menerima
bahwa beberapa orang Kristen mungkin  melihat  sakramen  itu
merupakan pertolongan dan bantuan.
 
Di   Amerika  juga  terjadi  suatu  gejolak  keagamaan  yang
demikian. Pada tahun 1830, Mormon, atau Gereja Yesus Kristus
dari  Orang-orang  Suci  Hari Terakhir, dibentuk oleh Joseph
Smith (1805-1844) yang mengklaim telah mengalami suatu wahyu
Tuhan, menemukan tablet-tablet emas yang tertulis dalam Buku
Mormon, yakni yang merupakan  kitab  suci  penganut  Mormon.
Pada    mulanya   ajaran   Mormon   ini   terlarang   karena
pandangan-pandangan  mereka  yang  menyimpang  dari   ajaran
Kristen  dan  praktek  poligami  mereka,  tetapi  Mormon ini
merayap ke seluruh Amerika dan akhirnya menetap di Salt Lake
City, tempat markas mereka terletak hingga kini.
 
Aliran  spiritual  mulai  ada  tahun  1848  ketika dua orang
perempuan, yakni saudara  perempuan  Fox  yang  berumur  dua
belas  dan lima belas tahun, menyebabkan suatu kegemparan di
antara, penduduk  kota  mereka,  Arcadia,  New  York  State,
dengan  mengklaim  bahwa  mereka  telah  dapat berkomunikasi
dengan  roh-roh.  Walaupun   ada   yang   menyatakan   bahwa
suara-suara  gaduh tersebut adalah suara gabungan dari suara
kedua anak perempuan tersebut, tetapi mereka (penduduk  kota
tersebut)   berkumpul  sedemikian  banyak  mendukung  supaya
Gereja Spiritual didirikan. Penganut aliran Spiritual yakin,
selain   pada   pandangan-pandangan  Kristen  biasa,  bahwa,
melalui mereka, nasihat dan tuntunan dapat diperoleh.
 
Advent  Hari  Ketujuh  juga  mulai  ada  di  Amerika,   yang
membangun  reputasinya  dalam  tahun  1860,  dan setelah itu
sekte ini cepat menyebar ke seluruh  dunia.  Berbeda  dengan
sekte-sekte  Kristen  lainnya,  mereka  membuat hari ketujuh
sebagai Sabat (yaitu,  mereka  menjalankannya  seperti  yang
dilakukan  oleh  orang  Yahudi,  dimulai  dari saat matahari
terbenam pada  hari  Jumat  sampai  matahari  terbenam  hari
Sabtu).  Sama  seperti Gereja Baptis, mereka hanya membaptis
orang-orang dewasa, dan juga  membuat  pembatasan-pembatasan
mengenai  apa yang dapat dimakan dan diminum oleh jemaatnya.
Misalnya, mereka  tidak  boleh  minum  alkohol  dan  memakan
makanan kerang-kerangan.
 
Sebelum mengakhiri ulasan ini, tiga kelompok Kristen lainnya
harus disebut yakni: Christian Science,  Saksi  Jehova,  dan
gerakan Pantekosta.
 
Christian  Science  didirikan oleh Mrs. Mary Baker Eddy pada
tahun 1879, yang mempertahankan bahwa satu-satunya  realitas
hanyalah pikiran dan semua yang lainnya adalah illusi.
 
Oleh  karena itu penyakit jangan dirawat dengan obat, tetapi
harus disembuhkan dengan mempraktekkan pemikiran yang benar.
 
Saksi Jehova, yang didirikan oleh C.T. Russell, yakin  bahwa
kedatangan  kedua  kalinya  Yesus serta akhir dunia ini akan
terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, dan bila  hal  itu
terjadi  maka  hanya  suatu kelompok elit saja yang selamat,
yaitu kelompok Saksi Jehova itu  sendiri.  Mereka  mempunyai
Al-Kitab   dengan   terjemahan  mereka  sendiri  dan  mereka
menyisihkan   banyak   waktu,   usaha,   dan   uang    untuk
kegiatan-kegiatan missionaris.
 
Yang  terakhir,  yakni gerakan Pantekosta, yang bermula dari
suatu missi di Los Angeles dalam tahun 1906  yang  dilakukan
oleh  W.J.  Seymour,  mengajarkan bahwa setiap orang Kristen
dapat mengalami kehadiran  Rohul  Kudus  dalam  diri  mereka
sendiri  dan  menerima  hadiah-hadiah  roh.  Oleh karena itu
kebaktian Pantekosta adalah merupakan  upacara  yang  sangat
emosional,  di  mana  jemaatnya  menjadi dirasuki oleh Rohul
Kudus dan tampak  berbicara  dalam  lidah  (berbahasa  roh),
sebagaimana  yang  dilakukan  oleh  murid-murid  Yesus  yang
pertama. Walaupun gerakan Pantekosta telah mempunyai  gereja
sendiri,   tetapi   gerakan   ini  telah  juga  mempengaruhi
aspek-aspek lain dari Gereja  (Kristen),  dan  dalam  GereJa
Katolik  gerakan  tersebut juga berpengaruh dengan munculnya
apa yang disebut  gerakan  Karismatik,  orang-orang  Katolik
bermaksud menerima Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri.
 
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengulas secara mendalam
sekte-sekte Kristen, bahkan tulisan ini tidak menyebut semua
sekte  yang  ada,  karena  ada  banyak  gerakan-gerakan  dan
aliran-aliran pemikiran yang berbeda dalam  Gereja  Kristen.
Penulis hanya mencoba untuk menempatkan dalam latar belakang
historis dan teologis sekte yang paling menyebar.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting