10  Tahun setelah kenabian, pengikut Rasul hanya berjumlah 120 orang.
 Akhir  dari kepedihan dakwah Rasul bersama para sahabat sebelum hijrah,
 ketika  Kaum Quraisy memboikot dan memutuskan hubungan dengan 
orang-orang yang  membela Rasul, dan mereka di tempatkan di sebuah 
jurang Syi'ib bani Ali.  Dalam keadaan yang susah seperti itu, Paman 
Nabi Abu Thalib, yang  senantiasa membela, menjaga Nabi, Meninggal 
dunia. 3 bulan kemudian, Istri tercinta Khadijah binti Khuwailid wafat. 
Pada saat itu Nabi sangat mengalami kesedihan yang mendalam ('Amul 
Huzni).
Sulitnya mengajak orang-orang Mekah untuk 
menyembah Allah yang esa, Kemudia Rasul SAW berpikiran untuk berdakwah 
ke kota lain, dan pilihan jatuh ke kota Thaif (80 KM selatan Mekah), 
penduduknya suku bani Tsaqif, kepala sukunya abdu Yalel. Berangkatlah 
Rasul SAW bersama seorang sahabatnya Zaid bin Haritsah. Singkat cerita, 
setelah Rasul menetap bersama Zaid selama satu bulan di Thaif, tak ada 
satupun yang mengikuti Rasul, tak ada satupun yang mengucapkan 2 kalimat
 syahadat, tak ada satupun yang menerima dakwah Rasul SAW. Bukan hanya 
itu, Rasul dicaci maki dengan kata-kata kotor, bahkan tokoh-tokoh Thaif 
mengumpulkan Preman-preman dan pemuda-pemuda untuk mengusir Rasul dari 
Thaif dengan cara melempari Rasul SAW dengan batu, dikatakan bahwa kedua
 sandal Rasul, merah berlumuran darah. Para Malaikat menawarkan diri 
kepada Rasul seraya berkata : " Muhammad, Kamu berdoalah kepada Allah, 
agar Allah memerintahkan saya untuk menghancurkan orang-orang Thaif " 
Malaikat itu berkata kembali : " berdoalah seperti Nabi Nuh, ketika 950 
tahun hanya 80 orang pengikutnya, dan Allah kirim Air bah kepada 
umatnya. berdoalah seperti Musa, ketika bani Israel itu meminta di 
pertemukan dengan Allah langsung, supaya mereka beriman, kemudian di 
siang hari bolong orang-orang yang berkata seperti itu, tersambar petir.
 Nah seperti Nuh dan Musa yang tegas"
Kemudian Rasul berdoa : 
"اللهمّ اهد قومي فإنّهم لا يعلمون" " Ya Allah, berilah petunjuk kepada 
Kaumku (Thaif) sungguh mereka itu tidak tau".
Dengan 
berlumuran darah Rasul keluar dari kota Thaif, diperjalanan Rasul SAW 
beristirahat di bawah pohon anggur milik Athobah bin Robi'ah, dan yang 
menjaga kebun anggur itu budaknya yang bernama Addas. Addas 
terheran-heran ada dua orang berdarah-darah, Addas pun bertanya :"Siapa 
kalian dan kenapa kalian berdarah-darah". Diceritakanlah oleh Rasul 
bahwa dirinya adalah Nabi, dan menceritakan kejadian di Thaif. Addas 
berkata : " kalau begitu kamu adalah saudaraku ya Muhammad" Rasul 
bertanya : " kamu dari mana ?" Addas menjawab : " Aku dari Ninawa, saya 
keturunan Yunus ibn Mata (Nabi Yunus)". Kemudian Rasul di sediakan 
Anggur.
Sesapainya di Mekah, pada malam harinya Ketika 
Nabi sedang berbaring di Masjidil Haram dengan kesedihan yang mendalam 
sepulang dari Thaif. Datanglah Jibril atas Undangan Allah untuk 
menjemput Rasul, dari masjidil Haram Nabi diberjalankan ke Masjidil 
Aqsa, di Masjidil Aqsa Nabi disambut Para Nabi sebelumnya dan Ribuan 
malaikat, salah satu Nabi mengusulkan untuk shalat berjamaah dan Rasul 
SAW menjadi Imamnya, para Nabi dan Malaikat menyetujuinya. (Ya Allah 
engkau ciptakan Manusia yang agung ini menjadi Nabi kami, beruntunglah 
kami menjadi umatnya.)
Setelah shalat berjamaah Nabi 
diangkat dari Masjidil Aqsa ke Langit pertama, dan beliau bertemu dengan
 Nabi Adam. Nabi Adam bertanya kepada Jibril : " Jibril siapakah itu ?" 
JIbril menjawab : " Inilah Muhammad anakmu itu" Adam berkata : " 
Keselamatan bagimu, sungguh kau adalah anak terbaikku". Kemudian Nabi 
SAW naik ke langit selanjutnya dengan sambutan yang membahagiakan, dan 
memuliakan, sampai ke langit ke enam bertemu Musa Kallamullah dan langit
 ke tujuh bertemu Ibrahim Khalilullah. 
Sesampainya Nabi di 
Sidratul Muntaha, beliau  berhadapan langsung dengan Allah. Disebutkan 
jaraknya itu "Qoba Kausain auadna"  (Sekira Dua busur) di Malail 'ala, 
serentak Rasul tidak melihat apa-apa kecuali  melihat Allah SWT.
Keindahan
 apapun, tidak akan lebih indah ketika  Mahluk bertemu Khaliq. Andai 
saja Rasul itu manusia biasa, mungkin ia  akan tetap tinggal disana, 
dari pada kembali ke dunia yang fana ini, tapi  Rasul memilih kembali.
Berat
 sekali perjalananmu yang demikian itu Wahai Tuanku, risalah yang   kau 
 bawa, kini hanya jadi bacaan saja bagi kami yang bodoh ini. Kini   kami
 mengucapkan shalawat untukmu, hanya sebatas untuk ritual agama   saja, 
bukan karena benar cinta padamu.Rasa cinta kami kepadamu   terkalahkan 
oleh cintanya kami kepada dunia ini. Maafkan Kami, disisa   umur ini, 
semoga Allah senantiasa mengarahkan hati kami kepadamu.
Hanya ringkasan perjalanan Nabi yang singkat ini yang bisa saya Tulis, kado untukmu NabiKu.
Lebih rinci perjalanan Nabi SAW, semoga Allah memberi kuasanya untuk menuliskan Kisah Rasul SAW berikutnya.
Bagi
 teman-teman yang mau menyumbangkan pengetahuannya tentang perjalanan 
hidup Rasul SAW, bisa ditulis di komentar, yang kemudian kita rekap dan 
semoga menjadi sebuah tulisan singkat yang membuktikan kecintaan kita 
kepada Rasul tuan kita.
Post. Ahmad Fajar Bellamy 
 12.36
12.36
 Unknown
Unknown
 




 
 
 
