Rabu, 28 Desember 2011

MAKALAH PERKEMBANGAN ANAK USIA REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk ciptaan Allah SWT yang pada dasarnya memiliki potensi yang sama. Penggunaan akal potensi-potensi tersebut yang kemudian menjadi patokan perkembangan seseorang untuk hari-hari ke depan orang tersebut. Perkembangan manusia meliputi perkembangan fisik dan non-fisik.
Perkembangan yang dialami oleh manusia pada dasarnya sama, akan tetapi dari waktu ke waktu perkembangan tersebut selalu diiringi dengan fenomena tertentu. Salah satunya perkembangan yang dialami oleh manusia masa remaja. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, bukan masa transisi yang selama ini digaungkan. Karena mereka dicap tengah mengalami kegamangan, akibatnya, sebagian remaja yang sewaktu kanak-kanak telah dididik dengan baik oleh orangtuanya merasa perlu mencari identitas baru, identitas yang berbeda dari yang mereka miliki sebelumnya. Apa akibatnya ? Ada remaja kita yang terjebak dalam arus coba-coba. beberapa remaja putri mencoba berbagai dandanan, make up dan aksesoris yang menyeret mereka pada perilaku konsumtif dan kecenderungan tabarruj, sementara yang putra mulai membolos sekolah dan merokok. Beberapa mencandu narkoba dan bergaul terlalu bebas. Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap lebih lanjut.
B.     Rumusan Masalah
·   Apa yang dikatakan para ahli psikologi tentang masa remaja itu ?
·   Aspek apa yang akan diangkat dalam penelitian ini ?
·   Bagaimanakah pendapat para ahli tentang cirri-ciri remaja sesuaikah dengan penelitian dilapangan ?

C.    Tujuan dan Kegunaan
1.      Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan fisik dan kognitif anak remaja.
2.      Kegunaan
·         Secara toritis, semoga dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan juga bagi pembaca.
·         Secara praktis, bagi peneliti tentu ini sangat bermanfaat. Karena peneliti dapat secara langsung mempraktekan ilmu dari bangku perkuliahan tentang perkembangan anak remaja.




BAB II
PEMBAHASAN TEORI
1.      Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity. Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda.
2.      Aspek-Aspek Perkembangan Pada Masa Remaja
    • Perkembangan Fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.
    • Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal.
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme . Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain”. Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah “suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar” . Kata fabel berarti cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya.
Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
3.      Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja:
· Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
· Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
· Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
· Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
·  Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Sedangkan ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
  1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
  2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
  3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
  4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
  5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
  6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
  7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan.


BAB III
IDENTITAS

1.      Identitas Objek
Nama                     : Suniawan Sutrisna
Sekolah                 : SMAN 1 Cibatu
Kelas                     : 12
Agama                   : Islam
Alamat                  : jl. Raya Sadang Subang Kp. Margamukti 09/04, Ds. Cilandak,
                                Cibatu Purwakarta   
Usia                       : 18
Jenis Kelamin        : Laki-laki
Anak ke                 : 2 ( Dua bersaudara )
Suku                      : Sunda

2.      Identitas Orang Tua objek
a.       Ayah
Nama               : Bp. Ating
Alamat                        : jl. Raya Sadang Subang Kp. Margamukti 09/04, Ds. Cilandak,
                          Cibatu Purwakarta
Pekerjaan         : Wiraswasta
Suku                : Sunda
b.      Ibu
Nama               : Bu. Unay
Alamat                        : jl. Raya Sadang Subang Kp. Margamukti 09/04, Ds. Cilandak,
                          Cibatu Purwakarta
Pekerjaan         : IRT ( Ibu Rumah Tangga )
Suku                : Sunda



BAB IV
HASIL PENGAMATAN
1.      Tabel Pengamatan
Tanggal
Pengamatan
Sabtu, 17 Desember 2011
Minggu, 18 Desember 2011
Observasi fisik
Observasi kognitif & Ciri-ciri Remaja

2.      Uraian Pengamatan
  1. Pertemuan I (Sabtu, 17 Desember 2011 )
Observasi terhadap objek dilakukan pada hari Sabtu 17 Desember 2011. Ketika observer melakukan observasi, objek sedang duduk sambil merokok dan ketika melihatku dia tersenyum. objek yang telah memasuki usia 18 tahun hampir 19 tahun tersebut memiliki tinggi badan sekitar 173 cm dengan berat badan sekitar 60 kg. Tubuh objek berkembang dengan baik, mulai kepala, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. Tidak nampak bagian-bagian yang cacat. Hanya saja wajah objek ada sedikit jerawat, namun itu semua tidak menghalangi kepercayaan diri objek dalam masalah pergaulan dengan lawan jenisNya.
Waktu saya Tanya ! “Ni disekolah ikutan ekskul apa ?” Objek menjawab “ saya disekolah ikutan ekskul bola basket dan sering bermain dengan antar sekolah lainnya karena saya sudah menjadi anak basket disekolah saya.” Dan factor olahraga bisa merubah fisik seseorang, karena objek terbilang cukup tinggi dengan sebayanya malah bisa dibilang objek lebih tinggi.
            Karena Objek seorang perokok, tapi tak terlihat oleh saya bahwa Objek terganggu perkembangannya karena rokok.
Ketika saya Tanya “apakah kamu pernah merasakan sesak atau sakit didada ?”
Objek menjawab “tidak pernah saya merasa sesak atau sakit pada bagian dada”
  1. Pertemuan II (Minggu, 18 Desember 2011)
Observasi dilakukan pada hari minggu, 18 Desember 2011, ketika subjek sedang duduk menunggu saya. Keika saya tanya “ketika kamu gagal dalam sesuatu yang diingankan, apa yang akan kamu lakukan ?”  Objek mengatakan “ asal sudah dibarengi dengan usaha maksimal kita tinggal menunggu hasil dari Yang Maha Menentukan, apapun yang diberikan olehNya itulah yang terbaik.” Pada waktu itu juga saya mengamati objek pada perkembangan pengambilan keputusan untuk mengikuti kegiatan. Dalam hal pengambilan keputusan ini objek selalu bertanya kepada senior-senior yang paham. Misalnya sewaktu ada kegiatan pertandingan basket antar sekolah, objek sangat antusias dan selalu bertanya kepada senior-senior dari kegiatan tersebut karena objek waktu itu jadi panitia,. Setelah mengetahui semua informasi itu maka objekpun mendiskusikan kepada senior-senior yang lebih berpengalaman untuk kemudian mengambil keputusan. Observer juga meneliti orientasi masa depan objek, objek mengatakan ingin menjadi ahli dalam bidang olahraga terutama basket dan ingin menjadi pemain timnas Indonesia. Dan objek juga terbilang anak yang pintar dikelasnya.
Dari ciri-ciri remaja pada objek setelah observer amati, memang pada diri objek ini ada ciri-ciri remaja seperti : objek tidak suka dilakukan seperti anak kecil, objek selalu merasa bingung saat tumbuh jerawat baru pada mukanya, objek selalu memperhatikan penampilannya, dan objek lebih suka berkumpul dengan teman sebayanya dan berkelompok-kelompok, juga objek mulai mempunyai hubungan khusus dengan lawan jenisnya.
3.      Analisis
Dari hasil pengamatan observer bahwa objek termasuk kedalam anak usia remaja yang normal, Karena dari segi pertumbuhan tinggi dan berat badan objek terlihat tidak ada hambatan.
Kemudian dari segi kognitif objek, dari pengamatan yang observer lakukan terlihat sangat baik, dan teori piaget sesuai dengan apa yang observer lakukan pengamatan dilapangan, bahwasanya anak remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Dan teori Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak, dan ini terbukti ada pada diri objek, yang selalu ingin bergaul dengan sebayanya dan berkelompok-kelompok. Dan dari ciri-ciri remaja pada objek, sudah sangat jelas objek termasuk dalam teori ciri-ciri remaja, dengan segala ciri yang ada pada tingkah laku objek.

           
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap objek, maka dapat disimpulkan bahwa objek berada dalam kondisi yang dikatakan normal. Mulai dari kondisi fisik yang tidak mengalami gangguan berarti, begitupula dengan perkembangan kognitif meliputi perkembangan pengambilan keputusan dan perkembangan orientasi masa depan bahkan kondisi psikologi objek sangat baik menerima resiko dalam pengambilan keputusan dan orientasi masa depan yang tidak sesuai dengan rencana sebelumnya. Observer juga mengamati, Objek selalu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang dialaminya. Perkembangan psikososial dalam hal ini perkembangan hubungan dengan teman sebaya, observer menyimpulkan Objek memiliki perkembangan psikososial yang sangat baik terkait dengan berinteraksi, subjek sangat sopan, murah senyum, dan pintar bergaul. Hal ini memberikan pengaruh besar bagi orang-orang di sekitar Objek.
Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
Selain itu, secara periodik masa remaja dapat dibagi dalam dua periode yaitu:
  1. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak – kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
  • Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
  • Anak mulai bersikap kritis
  1. Masa Puberstas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
  • Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
  • Memperhatikan penampilan
  • Sikapnya tidak menentu/plin – plan
  • Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Web Hosting